Minggu, 09 Juni 2013

SOFTSKILL JOURNAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Sudah sejak lama masyarakat dunia memandang sektor ekonomi sebagai sektor yang  sangat menjanjikan dan menentukan kemajuan suatu bangsa. Bahkan munculnya istilah “Era Globalisasi” dan “Pasar Bebas” tak lepas dari sebuah harapan terbukanya pintu usaha di seluruh penjuru dunia.
Kondisi ini membawa pengaruh terhadap para pelaku ekonomi. Masing-masing tampak mempersiapkan diri dan meningkatkan kualitas dan profesionalitas perusahaannya agar mampu menghadapi persaingan yang begitu ketat. Manajemen sebagai ujung tombak perusahaan dituntut untuk selalu dapat menemukan langkah-langkah yang akurat, tepat dan prosfektif dalam berbagai kondisi sehingga mendatangkan keuntungan semaksimal mungkin bagi perusahaan yang dikelola.
Faktor terpenting dalam menjalankan kegiatan produksi pada perusahaan mebel adalah bahan baku, tenaga kerja serta biaya overhead pabrik karena pada umumnya komponen tersebut cukup besar. Bahan baku merupakan sumber daya utama yang memegang peranan paling penting dalam perusahaan manufaktur atau Pabrik. Maju mundurnya suatu perusahaan sangat tergantung pada kualitas bahan baku untuk produksi yang dimiliki perusahaan. Tenaga kerja sangat menunjang bagi kualitas produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan itu sendiri. Selain itu, biaya overhead pabrik yang dikeluarkan untuk menunjang proses produksi tersebut juga harus diperhatikan. Agar biaya tersebut  dapat terealisasi dengan baik, maka pihak manajemen perlu mengetahui jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu-satuan produk dengan dasar pedoman dari biaya masa lalu.
Didalam pengendalian biaya pada akuntansi biaya diperlukan patokan atau standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian. Biaya yang digunakan sebagai tolok ukur pengendalian ini disebut biaya standar. Biaya standar digunakan untuk menghitung selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya. Kemudian selisih antara biaya standar dan biaya sesungguhnya tersebut disajikan kepada manajemen untuk dipakai sebagai dasar penentuan harga pokok sebab selisih yang digunakan untuk mengetahui seberapa efisiensi dan seberapa besar penyimpangan dalam menerapkan sistem biaya standar dalam mengendalikan biaya produksinya.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang biaya standar terutama menyangkut biaya produksi. Penelitian dilakukan pada PD. MEUBEL JEPARA PUTRA Selanjutnya penulis dapat merumuskan judul penelitian adalah  :
“PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PD. MEBEL JEPARA PUTRA.”

1.2     Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1        Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini permasalahan yang akan dirumuskan oleh penulis adalah :
1.      Apakah ada selisih dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik?
2.      Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik?
3.      Apakah selisih tersebut menguntungkan atau merugikan bagi perusahaan?

1.2.2    Batasan Masalah
Sangat luasnya permasalahan tentang biaya standar dan terbatasnya kemampuan penulis dalam menyusun penulisan ilmiah ini, maka penulis membatasi hanya pada biaya produksi dengan data bulan Januari 2012. Penulis menggunakan metode dua selisih untuk perhitugan selisih BBB dan BTKL serta metode tiga selisih untuk memperhitungkan selisih BOP.

1.3     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ilmiah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apakah terjadinya penyimpangan atau selisih menurut data perusahaan.
2.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan atau selisih menurut data perusahaan tersebut.
3.      Untuk mengetahui apakah selisih tersebut menguntungkan atau merugikan bagi perusahaan.

1.4              Manfaat Penulisan
Manfaat yang akan diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah :
1.      Bagi Penulis :
Penelitian ilmiah ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman terhadap pengendalian biaya produksi dengan penerapan biaya standar.
2.      Bagi Perusahaan :
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengendalian biaya produksi guna meningkatkan penjualan secara optimal.
3.      Bagi pembaca :
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat guna meningkatkan pemahaman terhadap pengendalian biaya produksi dengan penerapan biaya standar.

1.5  Metodelogi Penelitian
Untuk memperoleh kesimpulan yang objektif, maka penulis melakukan berbagai macam cara untuk mengumpulkan data-data yang dapat mendukung penelitian dengan menggunakan beberapa metode, sebagai berikut :

1.5.1        Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah PD. Mebel Jepara Putra yang beralamat di Jl Nusantara Raya no. 10 Perumnas 3, Kecamatan Bekasi Timur, Kelurahan Aren Jaya Kota Bekasi.

1.5.2    Data atau Variabel   
            Data maupun variabel yang digunakan dalam penulisan ini adalah data primer yang berupa rincian Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik. Dimana rincian-rincian biaya tersebut diperoleh secara langsung dan dibantu oleh orang-orang yang bekerja di perusahaan tersebut.

1.5.3        Metode Pengumpulan Data atau Variabel
Pengumpulan data harus dilakukan dengan beberapa metode guna memperoleh informasi yang objektif. Metode yang digunakan penulis untuk memperoleh data yang mendukung dalam penyusunan penulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1.      Penelitian Lapangan (Field Research)
Data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang dilakukan dengan peninjauan langsung dan yang menjadi objek penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan dengan cara :
a.       Pengamatan (Observation)
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung mengenai kegiatan perusahaan.
b.      Wawancara (Interview)
Yaitu pengumpulan data-data dengan mengadakan komunikasi langsung dengan pihak yang terkait. 

1.5.4        Alat Analisis yang Digunakan
Alat analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1.      Analisis dengan menggunakan metode dua selisih, yaitu penulis menghitung selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi dari satu satuan produksi.
2.      Analisis dengan menggunakan metode tiga selisih untuk memperhitungkan selisih BOP, yaitu menghitung selisih biaya overhead pabrik dengan menggunakan selisih pengeluaran, selisih kapasitas dan selisih efisiensi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Kerangka Teori
2.1.1         Pengertian Biaya dan Biaya Standar
2.1.1.1      Pengertian Biaya
Pengertian biaya menurut Mulyadi (2009 : 23), mendefinisikan “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Pengertian biaya menurut Suwardjono (1991 : 60) mendefinisikan bahwa “Biaya adalah keluarnya sumber ekonomik dari kesatuan usaha dalam usaha untuk mendatangkan atau menimbulkan pendapatan”.
Sedangkan menurut Kartandinata (2000 : 24) berpendapat bahwa ”Biaya adalah pengorbanan yang diukur dengan satuan uang, yang dilakukan dan harus dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa “Biaya adalah pengorbanan yang diukur dalam satuan uang untuk memperoleh barang atau jasa”.
2.1.1.2      Pengertian Biaya Standar
Pengertian biaya standar menurut Mulyadi (2009 : 387) : Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi bahwa kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.

Menurut Carter (2005 : 153) : “Biaya Standar  adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah tertentu produk selama satu periode tertentu”.

Menurut Usry (2005 : 153) : “Biaya Standar adalah biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi”.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa “Biaya Standar merupakan biaya yang ditentukan dimuka untuk mengukur satu-satuan produk berdasarkan pengalaman masa lalu yang nantinya akan dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya yang terjadi di perusahaan”.

2.1.2         Manfaat Biaya Standar
Manfaat biaya standar menurut Carter dan Usry (2005 : 154), suatu sistem biaya standar dapat digunakan dalam hubungannya dengan perhitungan biaya berdasarkan proses maupun berdasarkan pesanan. Penetapan (kalkulasi) biaya standar paling tepat diterapkan pada lingkungan pabrik dimana teknologi produksi relatif stabil dan produk yang dihasilkan bersifat homogen didalam unit akumulasi biaya (unit yang dimaksud disini adalah suatu departemen atau suatu pekerjaan).

 Sistem biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasi serta memberikan wawasan mengenai dampak-dampak yang mungkin dari keputusan atas biaya dan laba. Biaya standar digunakan untuk :
1.         Menetapkan anggaran.
2.         Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi.
3.         Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan biaya.
4.         Membebankan biaya ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
5.      Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.
(Bastian dan Nurlela, 2006 : 77-78)
 
Penggunaan biaya standar untuk tujuan-tujuan akuntansi akan menyederhanakan prosedur biaya dengan mengurangi pekerjaan administrasi dan biayanya. Suatu sistem biaya standar yang lengkap selalu disertai dengan standarisasi bagi operasi produksi.
2.1.3         Kelemahan Biaya Standar
Menurut Mulyadi (2009 : 389), bahwa tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat. Meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenis standar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan keketatan atau kelonggaran yang relatif sama.
       
Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan standar menimbulkan masalah persediaan. Jika standar sering diperbaiki, hal ini menyebabkan kurang efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksana. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan standar, padahal telah terjadi perubahan yang berarti dalam produksi, maka akan terjadi pengukuran pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis.

2.1.4         Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya
Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan.
Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan lainnya.
Sistem biaya standar yang menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan” (exeption principles). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan-keadaan yang menyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan alat yang efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. (Mulyadi, 2009 : 388)

2.1.5      Prosedur Penentuan Biaya Standar
2.1.5.1    Biaya Bahan Baku Standar
Biaya bahan baku standar terdiri dari :
1.            Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
2.            Harga per satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar.
Untuk mengubah kuantitas standar bahan baku menjadi biaya bahan baku standar, maka perlu ditentukan harga standar bahan baku. Harga standar ini pada umumnya ditentukan dari daftar harga pemasok, catalog atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga-harga tersebut di masa depan.
Menurut Mulyadi (2009 : 392), harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :
a.       Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun.
b.      Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
c.       Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
2.1.5.2           Biaya Tenaga Kerja Standar
Menurut Mulyadi (2009 : 392) biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur yaitu :
1.         Jam Tenaga Kerja Standar
Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara :
a.       Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.
b.      Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
c.       Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan yang diharapkan.
d.      Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

2.            Tarif Upah Standar
Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata upah per jam yang diperkirakan akan dibayar.
Menurut Mulyadi (2009 ; 393), untuk menentukan tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar :
1.            Perjanjian dengan organisasi karyawan.
2.            Data upah masa lalu. Dalam hal ini yang dapat dipergunakan sebagai tarif upah standar adalah : rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu.
3.            Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
Sedangkan menurut Bastian dan Nurlela (2006 : 79), untuk penentuan standar biaya tenaga kerja perlu diperhatikan :
1.            Perencanaan menyeluruh dari sistem pengupahan
2.            Lingkungan perusahaan
3.            Study gerak dan waktu
4.            Petunjuk yang jelas untuk setiap bidang tugas

2.1.5.3           Biaya Overhead Pabrik Standar
BOP adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, karena itu BOP juga merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk.
                 Menurut Bustami dan Nurlela bahwa “BOP Standar merupakan salah satu cara dalam mengalokasikan overhead pabrik ke persediaan untuk keputusan penetapan harga dan pengendalian biaya”. (2009 : 70)
Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi dalam pembuatan satu-satuan produk. Manfaat utama tarif overhead standar ini meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel dan tetap, adlaah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif biaya overhead pabrik ini semua biaya overhead pabrik diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume tertentu. (Mulyadi, 2009 : 393)

2.2              Alat Analisis
2.2.1         Selisih Biaya Bahan Baku
Menurut Mulyadi (2009 : 395) ada tiga model analisis selisih biaya produksi langsung :
1.      Model Satu Selisih (The One - Way Model) 
Analisis selisih dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut :
St = (HSt x KSt) – (HS x KS)
Dimana :
St      = Total Selisih                      HSt      = Harga Standar
KSt  = Kuantitas Standar             HS       = Harga Sesungguhnya
KS    = Kuantitas Sesungguhunya
2.      Model Dua Selisih (The Two - Way Model)
Dalam model analisis selisih ini, selisih antar biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.
SH = (HSt – HS) x KS rumus perhitungan selisih harga
SK = (KSt – KS) x HSt rumus perhitungan selisih kuantitas
Dimana :
SH    = Selisih Harga                     SK       = Selisih Kuantitas/efisiensi
HSt   = Harga Standar                   KSt     =  Kuantitas Standar
HS    = Harga Sesungguhnya        KS       = Kuantitas Sesungguhnya
3.      Model Tiga Selisih (The Three – Way Model)
 Analisis dalam metode ini dapat digambarkan dengan rumus :
SH    = (HSt – HS) x KSt untuk menghitung selisih harga
SK    = (KSt – KS) x HSt untuk menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) untuk menghitung selisih gabungan
yang merupakan selisih harga/kuantitas
2.2.2         Selisih Biaya Tenaga Kerja
Ada tiga jenis model analisis selisih biaya tenaga kerja langsung menurut Mulyadi (2009 ; 406 – 408) :
1.      Model Satu Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :
ST = (JKSt x TUSt) – (JKS X TUS)
2.      Model Dua Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :
STU = ( TUSt – TUS ) x JKS
SEU = ( JKST – JKS ) x TUSt

3.      Model Tiga Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :
STU = ( TUSt – TUS ) x JKSt
SEU = ( JKSt –  JKS )  x  TUSt
STEU = ( TUSt – TUS ) x ( JKST – JKS )
Keterangan :
ST     = Selisih Total                      TUSt  = Tarif Upah Standar
STU  = Selisih Tarif Upah            TUS   = Tarif Upah Sesungguhnya
SEU  = Selisih Efisiensi Upah                  JKSt  = Jam Kerja Standar
STEU = Selisih Tarif Efisiensi Upah        JKS   = Jam Kerja Sesungguhnya

2.2.3         Selisih Biaya Overhead Pabrik
Pada perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah menggunakan kapasitas normal, sedangkan biaya overhead pabrik kepada produk menggunakan kapasitas sesungguhnya yang dicapai.
Menurut Mulyadi (2009 : 409), ada 4 model analisis selisih biaya overhead pabrik :
1.   Model Satu Selisih
Selisih BOP dihitung dengan cara mengurangi BOP dengan tarif standar pada kapasitas standar dengan BOP sesungguhnya.
2.      Model Dua Selisih
Pada model ini, BOP dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu :
a.       Selisih Terkendali : perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP yang dianggarkan pada kapasitas standar.
b.      Selisih Volume : perbedaan antara BOP yang dianggarkan pada jam standar dengan BOP yang dibebankan kepada produk.
3.      Model Tiga Selisih
Dalam model ini, BOP dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu :
a.       Selisih Pengeluaran : perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya.
b.      Selisih Kapasitas : perbedaan antara BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya dengan BOP yang  dibebankan kepada produk pada kapasitas sesungguhnya.
c.       Selisih Efisiensi : tarif BOP dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas sesungguhnya.
 4.      Model Empat Selisih
Pada metode ini selisih BOP dipecah menjadi empat, yaitu :
a.       Selisih Pengeluaran.
b.      Selisih Kapasitas.
c.       Selisih Efisiensi Tetap.
d.      Selisih Efisiensi Variabel.
Perhitungan selisih pengeluaran dan selisih kapasitas sama seperti perhitungan pada metode tiga selisih. Selisih Efisiensi Tetap dihitung dengan rumus sebagai berikut :
                  ( JKSt – JKS ) x Tarif BOP Tetap Standar
Selisih Efisiensi Variabel dihitung dengan rumus berikut ini :
                  ( JKSt  - JKS ) x Tarif BOP Variabel Standar

2.2.4    Jurnal Terhadap Selisih
Menurut Mulyadi  (2009 : 417 - 418) jurnal terhadap selisih adalah sebagai berikut:
a.     Selisih Biaya Bahan Baku (BBB)
Selisih harga bahan baku               Rp xxx
Barang dalam proses – BBB         Rp xxx
                     Selisih kuantitas bahan baku                     Rp xxx
b.         Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Selisih efisiensi upah                     Rp xxx
Barang dalam proses – BTKL       Rp xxx
                                       Selisih tarif upah                     Rp xxx
c.   Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP)
      Selisih Efisiensi                             Rp xxx
Barang dalam Proses                                          Rp xxx
Selisih Pengeluaran                       Rp xxx
Selisih Kapasitas                           Rp xxx
            Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya              Rp xxx


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1       Objek Penelitian
3.1.1    Sejarah Perusahaan
Perusahaan Dagang Mebel Jepara Putra didirikan pada tahun 1992 yang beralamat di Jalan Nusantara Raya No. 10 Perumnas 3, Kecamatan Bekasi Timur, Kelurahan Aren Jaya Kota Bekasi.

3.1.2    Struktur Organisasi
Perusahaan Mebel Jepara Putra membentuk struktur organisasi berdasarkan garis lini yang merupakan salah satu dari pengendalian intern. Dengan adanya struktur organisasi yang memisahkan tugas dan tanggung jawab yang tepat akan dapat tercipta suatu koordinasi yang tepat dan terarah antara pemimpin dan bawahan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Perusahaan Mebel Jepara Putra menerapkan sistem organisasinya dalam bentuk garis karena sederhana dan praktis. Organisasi garis adalah bentuk organisasi yang didalamnya terdapat garis wewenang yang menghubungkan lansung secara vertikal antara atasan dengan bawahan.
Secara garis besar struktur organisasi Perusahaan Mebel Jepara Putra terdiri dari :
1.                  Pemilik Perusahaan
·         Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan perusahaan mebel lain.
·         Mengusahakan modal kerja sebagai usaha perluasan (ekspansi).
·         Menentukan kebijaksanaan perusahaan.
·          Menetapkan bidang produksi dan pemasaran.
·         Memimpin dan mengorganisasikan kegiatan usaha sesuai dengan tujuan.
·         Memberi perintah kepada bawahan agar yang dikerjakan sesuai yang ditetapkan.
·         Menciptkan hubungan yang baik dan harmonis dengan karyawan.
·         Menandatangani surat-surat keputusan dan perjanjian dengan pihak ketiga.
2.                  Bagian Keuangan atau Personalia
·         Menyiapkan laporan keuangan hasil operasi perusahaan.
·         Melakukan pencatatan secara sistematis pada hasil penjualan dan hasil produksi.
·         Melakukan pencatatan keuangan dan semua kejadian yang berhubungan erat dengan transaksi keuangan perusahaan.
·         Melakukan pencatatan pembayaran gaji karyawan.
·         Mengontrol cash in flow (kas masuk) dan cash out flow (kas keluar) perusahaan.
·         Bertanggung jawab atas kelancaran pendanaan dan pembiayaan operasi perusahaan.
·         Menerima masuk dan keluarnya karyawan.
·         Membina hubungan baik dalam perusahaan antara karyawan maupun dengan atasan.
3.                  Bagian Pengawas Produksi dan Pemasaran
·         Mengatur kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi sesuai dengan order produksi.
·         Mengendalikan dan mengawasi kegiatan produksi.
·         Merencanakan dan menetapkan jumlah produk dan bahan baku yang akan diproduksi atas persetujuan direktur.
·         Bertanggung jawab atas kelancaran proses produksi.
·         Melakukan pengembangan pemasaran produk.
4.                  Pekerja
·         Mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
·         Melaksanaka perintah atasan.
·         Membina hubungan baik dalam perusahaan antara sesame pekerja maupun dengan atasan.

3.1.3    Proses Produksi
            Dengan banyaknya produk furnitur yang dihasilkan oleh PD. Mebel Jepara Putra, maka penulis membatasi permasalahan pada satu produk yang akan dibahas sebagai bahan penelitian didalam penyusunan penulisan ilmiah ini, yaitu hanya pada produk satu set kursi tamu. Dimana dalam produksi satu set kursi tamu ini perusahaan menghasilkan produk satu set kursi tamu yang berbeda variasinya seperti variasi model monako dan minimalis.
Maka urutan-urutan proses produksi adalah sebagai berikut :
1.                  Melakukan Supplai Bahan Baku Furnitur berupa kayu jati yang disupplai langsung dari Jepara.
2.                  Pembentukkan produk dengan cara pengukiran produk berdarkan model yang diinginkan.
3.                  Pembuatan Lawon dasar untuk jok kursi dengan cara penjahitan pada kain jok atau kulit sintetis jok.
4.                  Finishing yaitu pengamplasan, pengeleman, pendepulan dan penyemprotan atau molitur.
5.                  Assembling barang jadi seperti pemasangan jok ke kursi dan pemasangan kaca pada meja tamu.
Setelah barang yang diproses menjadi barang jadi maka barang siap untuk di pasarkan.

BAB IV
PEMBAHASAN


4.1      Data Perusahaan
PD. Mebel Jepara Putra adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan furnitur. Perusahaan ini merencanakan akan menjalankan usaha atau produksi furnitur (furnitur finished) dari kayu setengah jadi.
Tabel 4.1
Daftar Harga Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Monako
Bulan Januari 2012
NO
Jenis
Bahan Baku
Kuantitas
Standar (Satuan)
Harga Standar  per Satuan
(Rp)
Kuantitas Sesungguhnya
(Satuan)
Harga Sesungguhnya per Satuan
(Rp)
1
Kayu Jati kelas/jenis A4
1 M3
6.000.000
1 M3
5.500.000
2
Kain/Lawon Jok
1 M
40.000
1 M
50.000
3
Karet dan busa jok
1M
100.000
1M
150.000
5
Kaca ukuran 5 Milimeter
1.5 M
450.000
1.1 M
350.000
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel 4.2
Daftar Harga Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Minimalis
Bulan Januari 2012
NO
Jenis
Bahan Baku
Kuantitas Standar (Satuan)
Harga Standar per Satuan
(Rp)
Kuantitas Sesungguhnya
(Satuan)
Harga Sesungguhnya per Satuan
(Rp)
1
Kayu Jati kelas/jenis A1
1 M3
1.800.000
1  M3
2.500.000
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel 4.3
Daftar BTKL Standar Bulan Januari 2012
NO
Jenis Kursi Tamu
TUSt/jam
JKSt(jam)
1
Monako
Rp 2.500
1.176
2
Minimalis
Rp 2.500
992
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel 4.4
Daftar BTKL Sesungguhnya Bulan Januari 2012
No
Jenis Kursi Tamu
TUS/jam
JKS (jam)
1
Monako
Rp 1.500
1.617
2
Minimalis
Rp 1.500
1.364
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel 4.5
Daftar Harga BOP Standar Yang Dianggarkan Perusahaan
Untuk Kedua Tipe Kursi Tamu
Bulan Januari 2012

BOP Variabel
Biaya bahan penolong                                                                  Rp   7.000.000
Pph                                                                                               Rp   1.000.000
Telepon                                                                                        Rp      350.000
Listrik dan air                                                                               Rp   1.000.000
Pembelian                                                                                     Rp   3.200.000    
Ongkos kirim barang                                                                    Rp   1.500.000
Gaji untuk pemilik perusahaan                                                     Rp   2.700.000
Upah Lembur untuk pemilik perusahaan                                     Rp      600.000
Perlengkapan                                                                                Rp      750.000
Peralatan                                                                                      Rp   4.581.880
Mesin                                                                                           Rp   7.450.000
Biaya lain-lain                                                                              Rp      400.000
Jumlah BOP variabel                                                                Rp 30.531.880
BOP Tetap
Listrik dan air                                                                               Rp      516.750
Telepon                                                                                        Rp      216.300
Pemeliharaan dan perbaikan                                                        Rp   1.550.350
Penyusutan gedung                                                                      Rp   2.500.000
Penyusutan mesin                                                                        Rp   1.949.583
Penyusutan kendaraan                                                                 Rp      500.000
Penyusutan peralatan                                                                   Rp        81.781
Jumlah BOP tetap                                                                     Rp   7.314.764  
BOP Standarnya                                                                      Rp  37.846.644
 Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Daftar 4.6
Daftar Harga BOP Standar Untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Bulan Januari 2012

BOP Variabel
Biaya bahan penolong                                                                  Rp   4.025.000
Pph                                                                                               Rp      575.000
Telepon                                                                                        Rp      201.250
Listrik dan air                                                                               Rp      575.000
Pembelian                                                                                     Rp   1.840.000    
Ongkos kirim barang                                                                    Rp      862.500  
Gaji untuk pemilik perusahaan                                                     Rp   1.552.500
Upah Lembur untuk pemilik perusahaan                                     Rp      345.000
Perlengkapan                                                                                Rp      431.250
Peralatan                                                                                      Rp   2.634.581
Mesin                                                                                           Rp   4.283.750
Biaya lain-lain                                                                              Rp      230.000
Jumlah BOP variabel                                                                Rp 17.555.831
BOP Tetap
Listrik dan air                                                                               Rp      297.100
Telepon                                                                                        Rp      124.400     
Pemeliharaan dan perbaikan                                                        Rp      891.500
Penyusutan gedung                                                                      Rp   1.437.500
Penyusutan mesin                                                                        Rp   1.121.010
Penyusutan kendaraan                                                                 Rp      287.500
Penyusutan peralatan                                                                    Rp       47.024
Jumlah BOP tetap                                                                     Rp   4.206.034
BOP Standarnya                                                                       Rp 21.761.865
 Sumber : PD. Mebel Jepara Putra

Tabel 4.7
Daftar Harga BOP Standar Untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
Bulan Januari 2012

BOP Variabel
Biaya bahan penolong                                                                   Rp  2.975.000
Pph                                                                                                Rp     425.000 
Telepon                                                                                         Rp     148.750
Listrik dan air                                                                                Rp     425.000
Pembelian                                                                                      Rp  1.360.000    
Ongkos kirim barang                                                                     Rp     637.500
Gaji dan upah                                                                                Rp  1.147.500
Lembur dan insentif                                                                      Rp     255.000
Perlengkapan                                                                                 Rp     318.750
Peralatan                                                                                       Rp  1.947.299
Mesin                                                                                            Rp  3.166.250
Biaya lain-lain                                                                               Rp     170.000
Jumlah BOP variabel                                                                 Rp12.976.049
BOP Tetap
Listrik dan air                                                                                Rp     219.650
Telepon                                                                                         Rp       91.900
Pemeliharaan dan perbaikan                                                         Rp     658.850
Penyusutan gedung                                                                       Rp  1.062.500
Penyusutan mesin                                                                         Rp     828.573
Penyusutan kendaraan                                                                  Rp     212.500
Penyusutan peralatan                                                                    Rp       34.757
Jumlah BOP tetap                                                                      Rp  3.108.730
BOP Standarnya                                                                       Rp 16.084.779
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra

Tabel 4.8
Daftar Harga BOP Sesungguhnya Yang Dianggarkan Perusahaan
Untuk Kedua Tipe Kursi Tamu
Bulan Januari 2012

BOP Variabel
Biaya bahan penolong                                                                   Rp  6.300.000
Pph                                                                                                Rp     939.038
Telepon                                                                                         Rp     200.000
Listrik dan air                                                                                Rp     500.000
Pembelian                                                                                      Rp  2.805.000    
Ongkos kirim barang                                                                     Rp  1.500.000
Gaji dan upah                                                                                Rp  2.500.000
Lembur dan insentif                                                                      Rp     550.000
Perlengkapan                                                                                 Rp     700.000
Peralatan                                                                                       Rp  4.581.880
Mesin                                                                                            Rp  7.450.000
Biaya lain-lain                                                                               Rp     300.000
Jumlah BOP variabel                                                                 Rp28.325.918
BOP Tetap
Listrik dan air                                                                                Rp     350.000
Telepon                                                                                         Rp     130.000
Pemeliharaan dan perbaikan                                                         Rp  1.000.000
Penyusutan gedung                                                                       Rp  2.500.000
Penyusutan mesin                                                                         Rp  1.949.583
Penyusutan kendaraan                                                                  Rp     500.000
Penyusutan peralatan                                                                    Rp       81.781
Jumlah BOP tetap                                                                      Rp  6.511.364
BOP sesungguhnya                                                                    Rp34.837.282
 Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel 4.9
Daftar Harga BOP Sesungguhnya Untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Bulan Januari 2012

BOP Variabel
Biaya bahan penolong                                                                   Rp  3.622.500
Pph                                                                                                Rp     539.947
Telepon                                                                                         Rp     115.000
Listrik dan air                                                                                Rp     287.500
Pembelian                                                                                      Rp  1.612.875    
Ongkos kirim barang                                                                     Rp     862.500
Gaji untuk pemilik perusahaan                                                      Rp  1.437.500
Upah Lembur untuk pemilik perusahaan                                      Rp     316.250
Perlengkapan                                                                                 Rp     402.500
Peralatan                                                                                       Rp  2.634.581
Mesin                                                                                            Rp  4.283.750
Biaya lain-lain                                                                               Rp     172.500
Jumlah BOP variabel                                                                 Rp16.287.403
BOP Tetap
Listrik dan air                                                                                Rp     201.250
Telepon                                                                                         Rp       74.750
Pemeliharaan dan perbaikan                                                         Rp     575.000 
Penyusutan gedung                                                                       Rp  1.437.500
Penyusutan mesin                                                                         Rp  1.121.010
Penyusutan kendaraan                                                                  Rp     287.500
Penyusutan peralatan                                                                    Rp       47.024
Jumlah BOP tetap                                                                      Rp  3.744.034
BOP sesungguhnya                                                                    Rp20.031.437
 Sumber : PD. Mebel Jepara Putra

Tabel 4.10
Daftar Harga BOP sesungguhnya untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
Bulan Januari 2012

BOP Variabel
Biaya bahan penolong                                                                 Rp    2.677.500
Pph                                                                                               Rp      399.091
Telepon                                                                                        Rp        85.000
Listrik dan air                                                                               Rp      212.500
Pembelian                                                                                     Rp   1.192.125    
Ongkos kirim barang                                                                    Rp      637.500
Gaji dan upah                                                                               Rp   1.062.500
Lembur dan insentif                                                                     Rp      233.750
Perlengkapan                                                                                Rp      297.500
Peralatan                                                                                      Rp   1.947.299
Mesin                                                                                           Rp   3.166.250
Biaya lain-lain                                                                              Rp      127.500
Jumlah BOP variabel                                                                Rp 12.038.515
BOP Tetap
Listrik dan air                                                                               Rp        84.700
Telepon                                                                                        Rp        36.850
Pemeliharaan dan perbaikan                                                        Rp      282.150
Penyusutan gedung                                                                      Rp   1.062.500
Penyusutan mesin                                                                        Rp      828.573
Penyusutan kendaraan                                                                 Rp      212.500
Penyusutan peralatan                                                                   Rp        34.757
Jumlah BOP tetap                                                                    Rp    2.542.030
BOP sesungguhnya                                                                  Rp  14.580.545
 Sumber : PD. Mebel Jepara Putra

4.2      Perhitungan Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih
4.2.1      Perhitungan Bahan Baku Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako
1.     Selisih Kuantitas Bahan Baku
(1)               Kayu Jati
               KS       = (KSt – Ks) x HSt
                           = (1– 1 ) x Rp4.000.000
                           = Rp0
(2)            Kain atau Lawon Jok  
                        KS       = (KSt – KS) X HSt
                              = (1 - 1) x Rp40.000
                              = Rp0
(3)            Karet dan Busa Jok
        KS       = (KSt – KS) x HSt
                              = (1 – 1) x Rp100.000
                              = Rp0
(4)            Kaca Ukuran Lima Milimeter
      KS       = (KSt – KS) x HSt
                  = (1.5 – 1.1) x Rp 450.000
                  = Rp 180.000 (Selisih Menguntungkan)

Keterangan :
Kst       : Kuantitas standar                   Ks        : Kuantitas Sesungguhnya
HSt      : Harga Standar                        Hs        : Harga Sesungguhnya
2.     Selisih Harga Bahan Baku
        (1)      Kayu Jati
SH       = (HSt – Hs) x Ks
                           = (Rp6.000.000 – Rp5.500.000) x 1
                           = Rp500.000 (Selisih menguntungkan)
(2)      Kain atau Lawon Jok
SH       = (HSt – Hs) x Ks
                           = (Rp40.000 – Rp50.000) x 1
                           = Rp10.000 (Selisih tidak menguntungkan)
(3)      Karet dan Busa Jok
SH       = (HSt – Hs) x Ks
                           = (Rp100.000 – Rp 150.000) x 1
                           = Rp50.000 (Selisih tidak mengutungkan)
(4)            Kaca Ukuran Lima Milimeter
HS       = (HSt – Hs) x Ks
                           =(Rp450.000–Rp350.000) x 1.1
                           = Rp110.000 (Selisih Menguntungkan)

4.2.2      Perhitungan Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
1.     Selisih Kuantitas Bahan Baku
(1)      Kayu Jati
           KS       = (KSt – Ks) x HSt
                       = (1 – 1) x Rp 1.800.000
                       = Rp0

2.   Selisih Harga Bahan Baku
(1)      Kayu Jati
           SH       = (HSt – Hs) x Ks
                       = (Rp1.800.000 – Rp2.500.000) x 1
                       = Rp700.000 (Selisih tidak menguntungkan)

Keterangan :
Kst       : Kuantitas standar                   Ks        : Kuantitas Sesungguhnya
HSt      : Harga Standar                        Hs        : Harga Sesungguhnya

4.2.3      Analisa Selisih Harga Bahan Baku
4.2.3.1    Kursi Tamu Tipe Monako
1.     Kayu Jati
         Untuk jenis kayu jati yang dipakai pada tipe Monako adalah kayu jati kelas A4. Harga kayu jati kelas A4 berkisar antara Rp 5.2 juta sampai dengan Rp 10 juta. Perusahaan menetapkan harga standar sebesar Rp 6.000.000 berdasarkan pengalaman. Harga sesungguhnya ternyata sebesar Rp 5.500.000, lebih rendah dari harga standar. Hal ini terjadi karena tingkatan kualitas dari kayu tersebut berbeda. Disini si pemilik perusahaan memilih kualitas kayu jati yang standar. Apabila si pemilik perusahaan memilih kualitas yang sangat bagus maka anggaran yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pun akan menjadi lebih besar dari anggaran standarnya sehingga perusahaan akan mengalami kerugian.

2.     Kain/Lawon Jok
        Untuk kain/lawon jok selisih kerugian terjadi pada harga yaitu Rp10.000, hal ini dikarenakan kain/lawon jok yang digunakan adalah kain Ateja, yang memiliki kualitas yang sangat baik. Harga untuk kain Ateja ini berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 55.000 per satu meter. Perusahaan menetapkan harga standar pada kain/lawon jok sebesar Rp 40.000, tetapi pada kenyataannya di awal tahun 2012 kain Ateja ini mengalami kenaikan harga per meternya. Hal ini disebabkan karena kualitas dari kain Ateja itu sendiri sudah terjamin mutunya, dan produsen mengakui bahwa betapa sulitnya produsen dalam memperoleh bahan baku untuk pembuatan kain Ateja itu sendiri, sehingga produsen dari kain Ateja ini menaikkan harga pada kain Ateja itu sendiri per meternya.

3.     Karet dan Busa Jok
      Untuk karet dan busa jok terjadi selisih kerugian pada harga yaitu sebesar Rp50.000, hal ini dikarenakan harga karet dipasaran tersebut mengalami peningkatan harga, yang disebabkan ketersediaan karet dari pemasok mengalami kelangkaan. Kelangkaan tersebut disebabkan ketersediaan pohon karet sudah jarang ditemukan karena banyaknya penebangan pohon karet yang tidak diimbangi dengan pelestariannya.    

4.     Kaca Ukuran 5 Milimeter
         Untuk kaca yang berukuran 5 Milimeter yang akan digunakan untuk meja kursi tamu tipe Monako mengalami selisih keuntungan pada harga sebesar Rp 110.000, hal ini disebabkan karena adanya kerja sama yang telah terjalin cukup lama antara pemilik perusahaan dengan produsen kaca.

4.2.3.2 Kursi Tamu Tipe Minimalis
1.     Kayu Jati
         Untuk kayu jati yang digunakan pada kursi tamu tipe minimalis adalah kayu jati kelas A1. Harga kayu jati kelas A1 ini berkisar antara Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.000.000, namun disini perusahaan mebel mengalami kerugian pada selisih harga sebesar Rp 700.000. Hal ini disebab karena faktor alam yang mengakibatkan suplai dari kayu jati tersebut menjadi terhambat, dan mengakibatkan harga kayu jati tersebut tidak sesuai dengan harga standar dipasarannya.


4.2.4    Analisa Selisih Kuantitas Bahan Baku
1.     Kayu Jati, Kain/Lawon Jok, Karet dan Busa Jok
Untuk selisih kuantitas pada kedua kayu jati tersebut dari kedua tipe kursi tamu yang berbeda disini tidak terjadi selisih atau penyimpangan karena kuantitas kayu jati yang sesungguhnya sama dengan kuantitas standar kayu jati tersebut. Hal ini terjadi karena banyaknya penjualan dari kedua jenis kayu jati tersebut.
Sedangkan untuk kain/lawon jok, karet dan busa jok pada kursi tamu tipe Monako tidak terjadi selisih atau penyimpangan, hal ini dikarenakan kuantitas sesungguhnya dari kedua jenis bahan baku tersebut sama dengan kuantitas standar dari jenis bahan baku tersebut.
2.     Kaca Berukuran 5 Milimeter
Untuk kuantitas bahan baku kaca yang berukuran 5 Milimeter ini mengalami keuntungan sebesar Rp 180.000, hal ini dikarenakan perusahaan menetapkan kuantitas standar sebesar 1.5 M dan kuantitas sesungguhnya sebesar 1.1 M. Hal ini dikarenakan dalam pembuatan kaca meja pada kursi tamu tipe Monako ternyata perusahaan mebel hanya memerlukan kaca dengan ukuran 1.1 M yang telah disesuaikan berdasarkan panjang dan lebar dari meja tersebut. 

4.3     Perhitungan Biaya Tenaga Kerja dengan Metode Dua Selisih
Tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung yang digunakan untuk kursi sebanyak sebelas orang, dimana tujuh orang di bagian pembuatan kursi tamu tipe monako dan empat orang di bagian pembuatan kursi tamu minimalis. 
4.3.1      Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako
1.         Selisih tarif upah       
        (TUSt – TUS) x JKS
        ( Rp 2.500 –  Rp 1.500) x 1.617 = Rp 1.617.000 (Selisih menguntungkan)
2.         Selisih efisiensi upah           
        (JKSt – JKs) x TUSt
        (1.176 – 1.617) x Rp 2500 = Rp 1.102.500 (Selisih tidak menguntungkan)

4.3.2    Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
1.   Selisih tarif upah         
(TUSt – TUS) x JKS
(Rp 2.500 –  Rp 1.500) x 1.364 = Rp 1.364.000 (Selisih menguntungkan)
  1. Selisih efisiensi upah
(JKSt – JKS) x TUSt
(992 – 1.364) x  Rp 2.500 = Rp 930.000 (Selisih tidak menguntungkan)

Keterangan:
TUSt  : Tarif upah standar                        TUS     :  Tarif upah sesungguhnya
JKSt   : Jam kerja standar              JKS     : Jam kerja sesungguhnya

4.3.3    Analisa Selisih BTKL
Untuk kedua jenis kursi tamu tipe Monako dan Minimalis, perusahaan mebel memperoleh selisih efisiensi upah yang tidak menguntungkan, hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja dan para pekerja tidak memenuhi prosedur kerja yang berlaku, adanya borongan order dari konsumen, sehingga menyebabkan adanya penambahan jam kerja (lembur).
Untuk tarif upahnya sendiri berbeda karena tarif upah sesunggguhnya berbeda dengan tarif standar yang sudah ditetapkan oleh pemilik perusahaan mebel. Hal ini dikarenakan tarif upah sesungguhnya merupakan tarif upah borongan yang belum ditambahkan dengan bonus dari perusahaan mebel tersebut.
 
4.4     Perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan Metode Tiga Selisih
Perhitungan selisih BOP ini menerapkan metode tiga selisih yang akan dibahas satu persatu.

4.4.1    Perhitungan Selisih BOP dengan Metode Tiga Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Dasar yang digunakan untuk membebankan BOP kepada produk adalah jam tenaga kerja langsung.
Jkst =  7 pekerja x  8 jam x 21 hari =  1.176 jam
Jks =  7 pekerja x 11 jam x 21 hari =  1.617 jam
Jkn = 7 pekerja x  9 jam x 21 hari = 1.323 jam
     BOP Standar          :
BOP Variabel         = Rp 17.555.831         = Rp   14.928/jam
                                                1.176 jam
BOP Tetap              = Rp  4.206.034          = Rp      3.577 /jam  +
1.176 jam           Rp    18.505 /jam

(1)   Selisih pengeluaran
BOP sesungguhnya                                                      Rp 20.031.437
BOP Standar :
BOP T = Rp 3.577 x 1.323   = Rp   4.732.371
BOP V = Rp 14.928 x 1.617 = Rp 24.138.576 +
(Rp 28.870.947)
   Selisih Pengeluaran Rp  8.839.510
(selisih menguntungkan)
(2)   Selisih kapasitas
Kapasitas normal                                  1.323  jam
Kapasitas sesungguhnya                        1.617  jam
Kapasitas lebih yang terpakai                   294  jam
Tarif BOP tetap                                Rp3.577  per jam
Selisih Kapasitas                       Rp1.051.638 (selisih menguntungkan)
                        
(3)   Selisih efisiensi
(Jkst – Jks) x Tarif BOP standar = (1.176 jam–1.617 jam) x Rp 18.505
Selisih Efisiensi = Rp 8.160.705 /Jam
(selisih tidak menguntungkan).

4.4.2    Perhitungan selisih BOP dengan Metode Tiga Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
Jkst =  4 pekerja x  8 jam x 31 hari =  992 jam
Jks =  4 pekerja x 11 jam x  31 hari =  1.364 jam
Jkn = 4 pekerja x 9 jam x 31 hari = 1.116 jam
     BOP Standar :
BOP Variabel  = Rp 12.976.049         = Rp  13.081/jam
                                         992 jam
BOP Tetap       = Rp   3.108.730          =  Rp   3.134/jam  +
992 jam                 Rp  16.215 /jam


(1)Selisih pengeluaran
BOP sesungguhnya                                                    Rp 14.580.545
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya
BOP T =Rp 3.134 x 1.116    = Rp  3.497.544
BOP V = Rp 13.081 x 1.364 = Rp17.842.484+
                                                                                  (Rp21.340.028)
                                                Selisih Pengeluaran  Rp  6.759.483
(selisih menguntungkan)
(2)   Selisih kapasitas
Kapasitas normal                                  1.116  jam
Kapasitas sesungguhnya                        1.364  jam
Kapasitas lebih yang terpakai                   248  jam
Tarif BOP tetap                                Rp 3.134  per jam
Selisih Kapasitas                         Rp 777.232 (selisih menguntungkan)
                         
(3)   Selisih efisiensi
(Jkst – Jks) x Tarif BOP Standar = (992 jam – 1.364 jam) x Rp 16.215
                       Selisih Efisiensi = Rp 6.031.980 /Jam
                                                           (Selisih tidak menguntungkan)

4.4.3        Analisa Selisih BOP Untuk Kedua Tipe Kursi Tamu
1.                   Selisih Pengeluaran
Untuk perhitungan BOP pada kedua tipe kursi tamu diperoleh selisih pengeluaran yang menguntungkan, hal ini terjadi karena BOP sesungguhnya ternyata lebih kecil dari BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena penurunan pada komponen BOP yaitu biaya bahan penolong, pph, telepon, listrik dan air, pembelian, ongkos, gaji dan upah lembur dan insentif dan biaya lain-lain. Penurunan pada komponen-komponen BOP tersebut disebabkan karena harga-harga pada komponen tersebut yang tidak stabil dan tergantung pada biaya pemakaian per bulannya.

2.            Selisih Kapasitas
Untuk perhitungan selisih kapasitas BOP pada kedua tipe kursi tamu diperoleh Selisih kapasitas yang menguntungkan, selisih ini terjadi karena kapasitas jam kerja sesungguhnya lebih besar dari kapasitas jam kerja normal. Selisih dari kapasitas tersebut disebabkan karena adanya penambahan jam kerja (lembur), sehingga menyebabkan kelebihan pada kapasitas jam kerja itu sendiri.

3.      Selisih Efisiensi
Selisih efisiensi yang tidak menguntungkan terjadi karena ternyata hari kerja sesungguhnya lebih besar dari hari kerja standar perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya kerusakan pada beberapa mesin, serta kurang jumlah pekerja dan banyaknya para pekerja yang  tidak berusaha untuk memaksimalkan prosedur jam kerja yang berlaku sehingga terjadinya inefiensi.

4.5       Jurnal Terhadap Selisih
4.5.1    Jurnal Terhadap Selisih Untuk Kursi Tamu Tipe Monako
1.               Selisih BBB
·                  Kayu jati
Barang dalam proses – BBB                        Rp 500.000
Selisih harga bahan baku                                           Rp 500.000
·                  Kain / Lawon jok
Selisih harga bahan baku                                Rp 10.000
Barang dalam proses -BBB                                        Rp 10.000


·                  Karet dan busa jok
Selisih harga bahan baku                                Rp 50.000
Barang dalam proses -BBB                                        Rp 50.000
·                  Kaca ukuran 5 Milimeter
Barang dalam proses – BBB                           Rp 290.000
            Selisih harga bahan baku                                             Rp 110.000
            Selisih kuantitas bahan baku                                       Rp 180.000

2.               Selisih BTKL
Selisih efisiensi upah                                 Rp 1.102.500
Barang dalam proses - BTKL                   Rp    514.500
Selisih tarif upah                                                    Rp 1.617.000

3.               Selisih BOP
Selisih efisiensi                                          Rp 8.160.705
     Barang dalam Proses – BOP                                      Rp 8.160.705
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya     Rp 9.891.148
Selisih pengeluaran                                                 Rp 8.839.510
Selisih kapasitas                                                      Rp 1.051.638

4.5.2    Jurnal Terhadap Selisih Untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
1.      Selisih BBB
·         Kayu jati
Selisih harga bahan baku                     Rp 700.000
Barang dalam proses – BBB                                    Rp 700.000

2.               Selisih BTKL
Selisih efisiensi upah                                    Rp 930.000
Barang dalam proses - BTKL                      Rp 434.000
Selisih tarif upah                                                    Rp 1.364.000

3.               Selisih BOP
Selisih efisiensi                                          Rp 6.031.980
Barang dalam Proses – BOP                                      Rp 6.031.980
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya    Rp 7.536.670
Selisih pengeluaran                                                   Rp 6.759.483
Selisih kapasitas                                                         Rp   777.232


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1       Kesimpulan
        Setelah penulis melakukan penelitian dari beberapa selisih-selisih biaya yang terjadi di PD. Mebel Jepara Putra ini memberikan keuntungan bagi PD. Mebel Jepara Putra. Hal ini ditandai dengan banyaknya selisih menguntungkan dibandingkan dengan selisih tidak menguntungkan. Dari selisih-selisih keuntungan yang terjadi menimbulkan dampak yang baik terhadap kegiatan produksi serta volume penjualan pada PD. Mebel Jepara Putra.
5.2              Saran
Penulis mangajukan saran yang memungkinkan dapat berguna bagi perusahaan yaitu :
1.                  Selisih menguntungkan sebaiknya terus dipertahankan dengan cara terus memperhatikan anggaran yang ditetapkan dan jangan sampai terjadi bahwa selisih ini lama kelamaan akan menjadi tidak menguntungkan.
2.         Sebaiknya perusahaan lebih melatih kembali para karyawannya agar produk yang dihasilkan lebih berkualitas yang akan menambah volume penjualan. Dan sebaiknya perusahaan melakukan kembali pengrekrutan tenaga kerja yang baru untuk menghindari inefisiensi dalam perusahaan dan memperketat pengawasan terhadap para pekerja sehingga waktu kerja tidak terbuang percuma sehingga tidak menambah biaya.
3.         Seharusnya pemilik perusahaan lebih mengawasi Biaya Overhead Pabrik dengan cara mengontrol kapasitas yang ada sehingga tidak terdapat kapasitas yang menganggur.