BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Sudah sejak lama masyarakat dunia memandang sektor
ekonomi sebagai sektor yang sangat
menjanjikan dan menentukan kemajuan suatu bangsa. Bahkan munculnya istilah “Era
Globalisasi” dan “Pasar Bebas” tak lepas dari sebuah harapan terbukanya pintu
usaha di seluruh penjuru dunia.
Kondisi
ini membawa pengaruh terhadap para pelaku ekonomi. Masing-masing tampak
mempersiapkan diri dan meningkatkan kualitas dan profesionalitas perusahaannya
agar mampu menghadapi persaingan yang begitu ketat. Manajemen sebagai ujung
tombak perusahaan dituntut untuk selalu dapat menemukan langkah-langkah yang
akurat, tepat dan prosfektif dalam berbagai kondisi sehingga mendatangkan
keuntungan semaksimal mungkin bagi perusahaan yang dikelola.
Faktor
terpenting dalam menjalankan kegiatan produksi pada perusahaan mebel adalah
bahan baku, tenaga kerja serta biaya overhead pabrik karena pada umumnya
komponen tersebut cukup besar. Bahan baku merupakan sumber daya utama yang
memegang peranan paling penting dalam perusahaan manufaktur atau Pabrik. Maju
mundurnya suatu perusahaan sangat tergantung pada kualitas bahan baku untuk
produksi yang dimiliki perusahaan.
Tenaga kerja sangat menunjang bagi kualitas produk yang akan dihasilkan oleh
perusahaan itu sendiri. Selain itu, biaya overhead pabrik yang dikeluarkan
untuk menunjang proses produksi tersebut juga harus diperhatikan. Agar biaya
tersebut dapat terealisasi dengan baik,
maka pihak manajemen perlu mengetahui jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk membuat satu-satuan produk dengan dasar pedoman dari biaya masa lalu.
Didalam
pengendalian biaya pada akuntansi biaya diperlukan patokan atau standar sebagai
dasar yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian. Biaya yang digunakan
sebagai tolok ukur pengendalian ini disebut biaya standar. Biaya standar
digunakan untuk menghitung selisih antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya. Kemudian selisih antara biaya standar dan biaya sesungguhnya
tersebut disajikan kepada manajemen untuk dipakai sebagai dasar penentuan harga
pokok sebab selisih yang digunakan untuk mengetahui seberapa efisiensi dan
seberapa besar penyimpangan dalam menerapkan sistem biaya standar dalam
mengendalikan biaya produksinya.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas,
maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang biaya standar
terutama menyangkut biaya produksi. Penelitian dilakukan pada PD. MEUBEL JEPARA PUTRA Selanjutnya penulis dapat merumuskan judul penelitian
adalah :
“PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PD.
MEBEL JEPARA PUTRA.”
1.2
Rumusan
dan Batasan Masalah
1.2.1
Rumusan
Masalah
Dalam
penulisan ini permasalahan yang akan dirumuskan oleh penulis adalah :
1. Apakah
ada selisih dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead
pabrik?
2. Faktor
apakah yang menyebabkan terjadinya selisih biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
dan biaya overhead pabrik?
3. Apakah
selisih tersebut menguntungkan atau merugikan bagi perusahaan?
1.2.2 Batasan Masalah
Sangat
luasnya permasalahan tentang biaya standar dan terbatasnya kemampuan penulis
dalam menyusun penulisan ilmiah ini, maka penulis membatasi hanya pada biaya
produksi dengan data bulan Januari 2012. Penulis menggunakan metode dua selisih
untuk perhitugan selisih BBB dan BTKL serta metode tiga selisih untuk
memperhitungkan selisih BOP.
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ilmiah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apakah terjadinya penyimpangan atau selisih menurut data perusahaan.
2. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan atau selisih menurut data
perusahaan tersebut.
3. Untuk
mengetahui apakah selisih tersebut menguntungkan atau merugikan bagi
perusahaan.
1.4
Manfaat
Penulisan
Manfaat
yang akan diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah :
1. Bagi
Penulis :
Penelitian
ilmiah ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman terhadap pengendalian
biaya produksi dengan penerapan biaya standar.
2. Bagi
Perusahaan :
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengendalian biaya produksi guna
meningkatkan penjualan secara optimal.
3. Bagi
pembaca :
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat guna meningkatkan pemahaman terhadap
pengendalian biaya produksi dengan penerapan biaya standar.
1.5 Metodelogi Penelitian
Untuk
memperoleh kesimpulan yang objektif, maka penulis melakukan berbagai macam cara
untuk mengumpulkan data-data yang dapat mendukung penelitian dengan menggunakan
beberapa metode, sebagai berikut :
1.5.1
Objek
Penelitian
Objek
dari penelitian ini adalah PD. Mebel Jepara Putra yang beralamat di Jl
Nusantara Raya no. 10 Perumnas 3, Kecamatan Bekasi Timur, Kelurahan Aren Jaya
Kota Bekasi.
1.5.2 Data atau Variabel
Data maupun variabel yang
digunakan dalam penulisan ini adalah data primer yang berupa rincian Biaya
Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja dan Biaya Overhead Pabrik. Dimana rincian-rincian biaya tersebut diperoleh secara
langsung dan dibantu oleh orang-orang yang bekerja di perusahaan tersebut.
1.5.3
Metode
Pengumpulan Data atau Variabel
Pengumpulan
data harus dilakukan dengan beberapa metode guna memperoleh informasi yang
objektif. Metode yang digunakan penulis untuk memperoleh data yang mendukung
dalam penyusunan penulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian
Lapangan (Field Research)
Data
yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang dilakukan dengan peninjauan
langsung dan yang menjadi objek penelitian guna mendapatkan data yang
diperlukan dengan cara :
a. Pengamatan
(Observation)
Yaitu
pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung mengenai kegiatan
perusahaan.
b. Wawancara
(Interview)
Yaitu
pengumpulan data-data dengan mengadakan komunikasi langsung dengan pihak yang
terkait.
1.5.4
Alat
Analisis yang Digunakan
Alat
analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah :
1. Analisis
dengan menggunakan metode dua selisih, yaitu penulis menghitung selisih harga
dan selisih kuantitas atau efisiensi dari satu satuan produksi.
2. Analisis
dengan menggunakan metode tiga selisih untuk memperhitungkan selisih BOP, yaitu
menghitung selisih biaya overhead pabrik dengan menggunakan selisih
pengeluaran, selisih kapasitas dan selisih efisiensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Biaya dan Biaya Standar
2.1.1.1 Pengertian Biaya
Pengertian
biaya menurut Mulyadi (2009 : 23), mendefinisikan “Biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
Pengertian
biaya menurut Suwardjono (1991 : 60) mendefinisikan bahwa “Biaya adalah
keluarnya sumber ekonomik dari kesatuan usaha dalam usaha untuk mendatangkan
atau menimbulkan pendapatan”.
Sedangkan
menurut Kartandinata (2000 : 24) berpendapat bahwa ”Biaya adalah
pengorbanan yang diukur dengan satuan uang, yang dilakukan dan harus dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu”.
Berdasarkan pengertian-pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa “Biaya adalah pengorbanan yang diukur dalam
satuan uang untuk memperoleh barang atau jasa”.
2.1.1.2 Pengertian Biaya Standar
Pengertian
biaya standar menurut Mulyadi (2009 : 387) : Biaya Standar adalah biaya yang
ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan
untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah
asumsi bahwa kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
Menurut
Carter (2005 : 153) : “Biaya Standar
adalah biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk memproduksi satu
unit atau sejumlah tertentu produk selama satu periode tertentu”.
Menurut
Usry (2005 : 153) : “Biaya Standar adalah biaya yang direncanakan untuk suatu
produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi”.
Berdasarkan
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa “Biaya Standar merupakan biaya yang
ditentukan dimuka untuk mengukur satu-satuan produk berdasarkan pengalaman masa
lalu yang nantinya akan dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya yang
terjadi di perusahaan”.
2.1.2 Manfaat Biaya Standar
Manfaat
biaya standar menurut Carter dan Usry (2005 : 154), suatu sistem biaya standar
dapat digunakan dalam hubungannya dengan perhitungan biaya berdasarkan proses
maupun berdasarkan pesanan. Penetapan (kalkulasi) biaya standar paling tepat
diterapkan pada lingkungan pabrik dimana teknologi produksi relatif stabil dan
produk yang dihasilkan bersifat homogen didalam unit akumulasi biaya (unit yang dimaksud disini adalah suatu departemen atau
suatu pekerjaan).
Sistem biaya standar membantu perencanaan dan
pengendalian operasi serta memberikan wawasan mengenai dampak-dampak yang
mungkin dari keputusan atas biaya dan laba. Biaya standar digunakan untuk :
1.
Menetapkan anggaran.
2.
Mengendalikan biaya dengan cara
memotivasi karyawan dan mengukur efisiensi operasi.
3.
Menyederhanakan prosedur perhitungan
biaya dan mempercepat laporan biaya.
4.
Membebankan biaya ke persediaan bahan
baku, barang dalam proses dan barang jadi.
5.
Menetapkan tawaran kontrak dan harga
jual.
(Bastian dan
Nurlela, 2006 : 77-78)
Penggunaan biaya standar untuk tujuan-tujuan akuntansi akan menyederhanakan
prosedur biaya dengan mengurangi pekerjaan administrasi dan biayanya. Suatu
sistem biaya standar yang lengkap selalu disertai dengan standarisasi bagi
operasi produksi.
2.1.3 Kelemahan Biaya Standar
Menurut
Mulyadi (2009 : 389), bahwa tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak
dapat dihitung dengan tepat. Meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenis
standar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa
standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan keketatan
atau kelonggaran yang relatif sama.
Seringkali
standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel, meskipun dalam
jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan
perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan standar menimbulkan
masalah persediaan. Jika standar sering diperbaiki, hal ini menyebabkan kurang
efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksana. Tetapi jika tidak
diadakan perbaikan standar, padahal telah terjadi perubahan yang berarti dalam
produksi, maka akan terjadi pengukuran pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak
realistis.
2.1.4 Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam
Pengendalian Biaya
Sistem
biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat
yang penting didalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis, hal ini akan
merangsang pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena
pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan
pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan.
Sistem
biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa biaya yang seharusnya
untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga memungkinkan mereka melakukan
pengurangan biaya dengan cara perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja
dan kegiatan lainnya.
Sistem
biaya standar yang menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya
standar memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip
kelainan” (exeption principles).
Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan-keadaan yang menyimpang
dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan alat yang efektif
untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. (Mulyadi, 2009 : 388)
2.1.5 Prosedur Penentuan Biaya Standar
2.1.5.1 Biaya Bahan Baku Standar
Biaya bahan baku standar terdiri
dari :
1.
Masukan fisik yang diperlukan untuk
memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama
kuantitas standar.
2.
Harga per satuan masukan fisik tersebut,
atau disebut pula harga standar.
Untuk
mengubah kuantitas standar bahan baku menjadi biaya bahan baku standar, maka
perlu ditentukan harga standar bahan baku. Harga standar ini pada umumnya
ditentukan dari daftar harga pemasok, catalog atau informasi yang sejenis dan
informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan
harga-harga tersebut di masa depan.
Menurut
Mulyadi (2009 : 392), harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa :
a. Harga
yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka
waktu satu tahun.
b. Harga
yang berlaku pada saat penyusunan standar.
c. Harga
yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
2.1.5.2
Biaya
Tenaga Kerja Standar
Menurut
Mulyadi (2009 : 392) biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur yaitu :
1.
Jam Tenaga Kerja Standar
Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan
cara :
a. Menghitung
rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga
pokok (cost sheet) periode yang lalu.
b. Membuat
test-run operasi produksi dibawah
keadaan normal yang diharapkan.
c. Mengadakan
penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan yang
diharapkan.
d. Mengadakan
taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi
produksi dan produk.
2.
Tarif Upah Standar
Penentuan
tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai kegiatan yang dijalankan,
tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata upah per jam yang
diperkirakan akan dibayar.
Menurut
Mulyadi (2009 ; 393), untuk menentukan tarif upah standar dapat ditentukan atas
dasar :
1.
Perjanjian dengan organisasi karyawan.
2.
Data upah masa lalu. Dalam hal ini yang
dapat dipergunakan sebagai tarif upah standar adalah : rata-rata hitung,
rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu.
3.
Perhitungan tarif upah dalam keadaan
operasi normal.
Sedangkan
menurut Bastian dan Nurlela (2006 : 79), untuk penentuan standar biaya tenaga
kerja perlu diperhatikan :
1.
Perencanaan menyeluruh dari sistem
pengupahan
2.
Lingkungan perusahaan
3.
Study gerak dan waktu
4.
Petunjuk yang jelas untuk setiap bidang
tugas
2.1.5.3
Biaya
Overhead Pabrik Standar
BOP
adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
karena itu BOP juga merupakan salah satu unsur dari harga pokok produk.
Menurut Bustami dan Nurlela bahwa “BOP Standar
merupakan salah satu cara dalam mengalokasikan overhead pabrik ke persediaan
untuk keputusan penetapan harga dan pengendalian biaya”. (2009 : 70)
Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead
pabrik yang seharusnya terjadi dalam pembuatan satu-satuan produk. Manfaat
utama tarif overhead standar ini meliputi unsur biaya overhead pabrik variabel
dan tetap, adlaah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan. Untuk
pengendalian biaya overhead pabrik
dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran
biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas.
Tarif biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu
tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu. Sebagai akibatnya dalam
tarif biaya overhead pabrik ini semua
biaya overhead pabrik diperlakukan
sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor
biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya tetap dalam volume
tertentu. (Mulyadi, 2009 : 393)
2.2
Alat
Analisis
2.2.1 Selisih Biaya Bahan Baku
Menurut Mulyadi (2009 : 395) ada tiga model analisis
selisih biaya produksi langsung :
1. Model
Satu Selisih (The One - Way Model)
Analisis selisih dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut
:
St
= (HSt x KSt) – (HS x KS)
Dimana
:
St = Total Selisih HSt = Harga Standar
KSt = Kuantitas Standar HS = Harga Sesungguhnya
KS = Kuantitas Sesungguhunya
2. Model
Dua Selisih (The Two - Way Model)
Dalam
model analisis selisih ini, selisih antar biaya sesungguhnya dengan biaya
standar dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih
kuantitas atau efisiensi.
SH
= (HSt – HS) x KS rumus perhitungan selisih harga
SK
= (KSt – KS) x HSt rumus perhitungan selisih kuantitas
Dimana
:
SH = Selisih Harga SK = Selisih Kuantitas/efisiensi
HSt = Harga Standar KSt = Kuantitas Standar
HS = Harga Sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya
3. Model
Tiga Selisih (The Three – Way Model)
Analisis dalam
metode ini dapat digambarkan dengan rumus :
SH
= (HSt – HS) x KSt untuk
menghitung selisih harga
SK = (KSt – KS) x HSt untuk
menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) untuk
menghitung selisih gabungan
yang merupakan selisih harga/kuantitas
2.2.2 Selisih Biaya Tenaga Kerja
Ada
tiga jenis model analisis selisih biaya tenaga kerja langsung menurut Mulyadi
(2009 ; 406 – 408) :
1. Model
Satu Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :
ST
= (JKSt x TUSt) – (JKS X TUS)
2. Model
Dua Selisih
Rumus perhitungan model selisih ini adalah :
STU = ( TUSt – TUS ) x JKS
SEU = ( JKST – JKS ) x TUSt
3. Model
Tiga Selisih
Rumus
perhitungan model selisih ini adalah :
STU = ( TUSt – TUS ) x JKSt
SEU = ( JKSt – JKS )
x TUSt
STEU = ( TUSt – TUS ) x ( JKST
– JKS )
Keterangan :
ST = Selisih
Total TUSt = Tarif Upah Standar
STU = Selisih
Tarif Upah TUS = Tarif Upah Sesungguhnya
SEU = Selisih
Efisiensi Upah JKSt = Jam Kerja
Standar
STEU = Selisih Tarif Efisiensi Upah JKS = Jam Kerja Sesungguhnya
2.2.3 Selisih Biaya Overhead Pabrik
Pada perhitungan tarif
biaya overhead pabrik adalah
menggunakan kapasitas normal, sedangkan biaya overhead pabrik kepada produk menggunakan kapasitas sesungguhnya yang
dicapai.
Menurut Mulyadi (2009 :
409), ada 4 model analisis selisih biaya overhead pabrik :
1. Model
Satu Selisih
Selisih
BOP dihitung dengan cara mengurangi BOP dengan tarif standar pada kapasitas
standar dengan BOP sesungguhnya.
2. Model
Dua Selisih
Pada
model ini, BOP dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu :
a. Selisih
Terkendali : perbedaan BOP sesungguhnya
dengan BOP yang dianggarkan pada
kapasitas standar.
b. Selisih
Volume : perbedaan antara BOP yang dianggarkan pada jam standar dengan BOP yang
dibebankan kepada produk.
3. Model
Tiga Selisih
Dalam
model ini, BOP dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu :
a. Selisih
Pengeluaran : perbedaan BOP sesungguhnya dengan BOP yang dianggarkan pada
kapasitas sesungguhnya.
b. Selisih
Kapasitas : perbedaan antara BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya
dengan BOP yang dibebankan kepada produk
pada kapasitas sesungguhnya.
c. Selisih
Efisiensi : tarif BOP dikalikan dengan selisih antara kapasitas standar dengan
kapasitas sesungguhnya.
4. Model
Empat Selisih
Pada metode ini
selisih BOP dipecah menjadi empat, yaitu :
a.
Selisih
Pengeluaran.
b.
Selisih
Kapasitas.
c.
Selisih
Efisiensi Tetap.
d.
Selisih
Efisiensi Variabel.
Perhitungan
selisih pengeluaran dan selisih kapasitas sama seperti perhitungan pada metode
tiga selisih. Selisih Efisiensi Tetap dihitung dengan rumus sebagai berikut :
( JKSt – JKS ) x Tarif BOP Tetap Standar
Selisih
Efisiensi Variabel dihitung dengan rumus berikut ini :
( JKSt - JKS ) x Tarif BOP
Variabel Standar
2.2.4 Jurnal Terhadap Selisih
Menurut Mulyadi (2009
: 417 - 418) jurnal terhadap
selisih adalah sebagai berikut:
a. Selisih Biaya Bahan Baku (BBB)
Selisih
harga bahan baku Rp xxx
Barang
dalam proses – BBB Rp xxx
Selisih
kuantitas bahan baku Rp
xxx
b.
Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Selisih
efisiensi upah Rp xxx
Barang
dalam proses – BTKL Rp xxx
Selisih tarif upah Rp
xxx
c. Selisih Biaya Overhead Pabrik
(BOP)
Selisih
Efisiensi Rp
xxx
Barang dalam Proses Rp xxx
Selisih Pengeluaran Rp
xxx
Selisih Kapasitas Rp
xxx
Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp
xxx
BAB III
METODELOGI
PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Perusahaan
Dagang Mebel Jepara Putra didirikan pada tahun 1992 yang beralamat di Jalan
Nusantara Raya No. 10 Perumnas 3, Kecamatan Bekasi Timur, Kelurahan
Aren Jaya Kota Bekasi.
3.1.2 Struktur Organisasi
Perusahaan
Mebel Jepara Putra membentuk struktur organisasi berdasarkan garis lini yang
merupakan salah satu dari pengendalian intern. Dengan adanya struktur
organisasi yang memisahkan tugas dan tanggung jawab yang tepat akan dapat
tercipta suatu koordinasi yang tepat dan terarah antara pemimpin dan bawahan
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Perusahaan
Mebel Jepara Putra menerapkan sistem organisasinya dalam bentuk garis karena
sederhana dan praktis. Organisasi garis adalah bentuk organisasi yang
didalamnya terdapat garis wewenang yang menghubungkan lansung secara vertikal
antara atasan dengan bawahan.
Secara
garis besar struktur organisasi Perusahaan Mebel Jepara Putra terdiri dari :
1.
Pemilik
Perusahaan
·
Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan
perusahaan mebel lain.
·
Mengusahakan modal kerja sebagai usaha
perluasan (ekspansi).
·
Menentukan kebijaksanaan perusahaan.
·
Menetapkan bidang produksi dan pemasaran.
·
Memimpin dan mengorganisasikan kegiatan
usaha sesuai dengan tujuan.
·
Memberi perintah kepada bawahan agar
yang dikerjakan sesuai yang ditetapkan.
·
Menciptkan hubungan yang baik dan
harmonis dengan karyawan.
·
Menandatangani surat-surat keputusan dan
perjanjian dengan pihak ketiga.
2.
Bagian
Keuangan atau Personalia
·
Menyiapkan laporan keuangan hasil
operasi perusahaan.
·
Melakukan pencatatan secara sistematis
pada hasil penjualan dan hasil produksi.
·
Melakukan pencatatan keuangan dan semua
kejadian yang berhubungan erat dengan transaksi keuangan perusahaan.
·
Melakukan pencatatan pembayaran gaji
karyawan.
·
Mengontrol cash in flow (kas masuk) dan
cash out flow (kas keluar) perusahaan.
·
Bertanggung jawab atas kelancaran
pendanaan dan pembiayaan operasi perusahaan.
·
Menerima masuk dan keluarnya karyawan.
·
Membina hubungan baik dalam perusahaan
antara karyawan maupun dengan atasan.
3.
Bagian
Pengawas Produksi dan Pemasaran
·
Mengatur kegiatan pengolahan bahan baku
menjadi barang jadi sesuai dengan order produksi.
·
Mengendalikan dan mengawasi kegiatan
produksi.
·
Merencanakan dan menetapkan jumlah
produk dan bahan baku yang akan diproduksi atas persetujuan direktur.
·
Bertanggung jawab atas kelancaran proses
produksi.
·
Melakukan pengembangan pemasaran produk.
4.
Pekerja
·
Mengolah bahan baku menjadi produk jadi
yang siap untuk dijual.
·
Melaksanaka perintah atasan.
·
Membina hubungan baik dalam perusahaan
antara sesame pekerja maupun dengan atasan.
3.1.3 Proses Produksi
Dengan banyaknya produk furnitur yang dihasilkan
oleh PD. Mebel Jepara Putra, maka penulis membatasi permasalahan pada satu
produk yang akan dibahas sebagai bahan penelitian didalam penyusunan penulisan
ilmiah ini, yaitu hanya pada produk satu set kursi tamu. Dimana dalam produksi
satu set kursi tamu ini perusahaan menghasilkan produk satu set kursi tamu yang
berbeda variasinya seperti variasi model monako dan minimalis.
Maka
urutan-urutan proses produksi adalah sebagai berikut :
1.
Melakukan Supplai Bahan Baku Furnitur
berupa kayu jati yang disupplai langsung dari Jepara.
2.
Pembentukkan produk dengan cara
pengukiran produk berdarkan model yang diinginkan.
3.
Pembuatan Lawon dasar untuk jok kursi
dengan cara penjahitan pada kain jok atau kulit sintetis jok.
4.
Finishing yaitu pengamplasan,
pengeleman, pendepulan dan penyemprotan atau molitur.
5.
Assembling barang jadi seperti pemasangan
jok ke kursi dan pemasangan kaca pada meja tamu.
Setelah
barang yang diproses menjadi barang jadi maka barang siap untuk di pasarkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data
Perusahaan
PD.
Mebel Jepara Putra adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan furnitur.
Perusahaan ini merencanakan akan menjalankan usaha atau produksi furnitur (furnitur finished) dari kayu setengah
jadi.
Tabel
4.1
Daftar
Harga Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Monako
Bulan
Januari 2012
NO
|
Jenis
Bahan Baku
|
Kuantitas
Standar (Satuan)
|
Harga Standar per Satuan
(Rp)
|
Kuantitas
Sesungguhnya
(Satuan)
|
Harga Sesungguhnya
per Satuan
(Rp)
|
1
|
Kayu Jati kelas/jenis A4
|
1 M3
|
6.000.000
|
1 M3
|
5.500.000
|
2
|
Kain/Lawon Jok
|
1 M
|
40.000
|
1 M
|
50.000
|
3
|
Karet dan busa jok
|
1M
|
100.000
|
1M
|
150.000
|
5
|
Kaca ukuran 5 Milimeter
|
1.5 M
|
450.000
|
1.1 M
|
350.000
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel
4.2
Daftar
Harga Bahan Baku Kursi Tamu Tipe Minimalis
Bulan
Januari 2012
NO
|
Jenis
Bahan Baku
|
Kuantitas Standar
(Satuan)
|
Harga Standar per
Satuan
(Rp)
|
Kuantitas
Sesungguhnya
(Satuan)
|
Harga Sesungguhnya
per Satuan
(Rp)
|
1
|
Kayu Jati kelas/jenis A1
|
1 M3
|
1.800.000
|
1 M3
|
2.500.000
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel
4.3
Daftar
BTKL Standar Bulan Januari 2012
NO
|
Jenis
Kursi Tamu
|
TUSt/jam
|
JKSt(jam)
|
1
|
Monako
|
Rp 2.500
|
1.176
|
2
|
Minimalis
|
Rp 2.500
|
992
|
Sumber
: PD. Mebel Jepara Putra
Tabel
4.4
Daftar
BTKL Sesungguhnya Bulan Januari 2012
No
|
Jenis Kursi Tamu
|
TUS/jam
|
JKS (jam)
|
1
|
Monako
|
Rp
1.500
|
1.617
|
2
|
Minimalis
|
Rp
1.500
|
1.364
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel
4.5
Daftar
Harga BOP Standar Yang Dianggarkan Perusahaan
Untuk
Kedua Tipe Kursi Tamu
Bulan
Januari 2012
BOP
Variabel
Biaya bahan
penolong Rp 7.000.000
Pph Rp 1.000.000
Telepon Rp 350.000
Listrik dan
air Rp 1.000.000
Pembelian Rp 3.200.000
Ongkos kirim
barang Rp 1.500.000
Gaji untuk
pemilik perusahaan Rp 2.700.000
Upah Lembur
untuk pemilik perusahaan Rp 600.000
Perlengkapan Rp 750.000
Peralatan Rp 4.581.880
Mesin Rp 7.450.000
Biaya lain-lain Rp 400.000
Jumlah
BOP variabel Rp
30.531.880
BOP
Tetap
Listrik dan
air Rp 516.750
Telepon Rp 216.300
Pemeliharaan
dan perbaikan Rp 1.550.350
Penyusutan
gedung Rp 2.500.000
Penyusutan
mesin Rp 1.949.583
Penyusutan
kendaraan Rp 500.000
Penyusutan
peralatan Rp 81.781
Jumlah
BOP tetap Rp 7.314.764
BOP
Standarnya Rp 37.846.644
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Daftar
4.6
Daftar
Harga BOP Standar Untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Bulan
Januari 2012
BOP
Variabel
Biaya bahan
penolong Rp 4.025.000
Pph Rp 575.000
Telepon Rp 201.250
Listrik dan
air Rp 575.000
Pembelian Rp 1.840.000
Ongkos kirim
barang Rp 862.500
Gaji untuk
pemilik perusahaan Rp 1.552.500
Upah Lembur
untuk pemilik perusahaan Rp 345.000
Perlengkapan
Rp 431.250
Peralatan Rp 2.634.581
Mesin Rp 4.283.750
Biaya lain-lain Rp 230.000
Jumlah
BOP variabel Rp
17.555.831
BOP
Tetap
Listrik dan
air Rp 297.100
Telepon Rp 124.400
Pemeliharaan
dan perbaikan Rp 891.500
Penyusutan
gedung Rp 1.437.500
Penyusutan
mesin Rp 1.121.010
Penyusutan
kendaraan Rp 287.500
Penyusutan
peralatan Rp 47.024
Jumlah
BOP tetap Rp 4.206.034
BOP
Standarnya Rp
21.761.865
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel
4.7
Daftar
Harga BOP Standar Untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
Bulan
Januari 2012
BOP
Variabel
Biaya bahan
penolong Rp 2.975.000
Pph Rp 425.000
Telepon Rp 148.750
Listrik dan
air Rp 425.000
Pembelian Rp 1.360.000
Ongkos kirim
barang Rp 637.500
Gaji dan upah Rp 1.147.500
Lembur dan
insentif Rp 255.000
Perlengkapan Rp 318.750
Peralatan Rp 1.947.299
Mesin Rp 3.166.250
Biaya lain-lain Rp 170.000
Jumlah
BOP variabel Rp12.976.049
BOP
Tetap
Listrik dan
air Rp 219.650
Telepon Rp 91.900
Pemeliharaan
dan perbaikan Rp 658.850
Penyusutan
gedung Rp 1.062.500
Penyusutan
mesin Rp 828.573
Penyusutan
kendaraan Rp 212.500
Penyusutan
peralatan Rp 34.757
Jumlah
BOP tetap Rp 3.108.730
BOP
Standarnya Rp
16.084.779
|
Sumber : PD. Mebel
Jepara Putra
Tabel
4.8
Daftar
Harga BOP Sesungguhnya Yang Dianggarkan Perusahaan
Untuk
Kedua Tipe Kursi Tamu
Bulan
Januari 2012
BOP
Variabel
Biaya bahan
penolong Rp 6.300.000
Pph Rp 939.038
Telepon Rp 200.000
Listrik dan
air Rp 500.000
Pembelian Rp 2.805.000
Ongkos kirim
barang Rp 1.500.000
Gaji dan upah Rp 2.500.000
Lembur dan
insentif Rp 550.000
Perlengkapan Rp 700.000
Peralatan Rp 4.581.880
Mesin Rp 7.450.000
Biaya lain-lain Rp 300.000
Jumlah
BOP variabel Rp28.325.918
BOP
Tetap
Listrik dan
air Rp 350.000
Telepon Rp 130.000
Pemeliharaan
dan perbaikan Rp 1.000.000
Penyusutan
gedung Rp 2.500.000
Penyusutan
mesin Rp 1.949.583
Penyusutan
kendaraan Rp 500.000
Penyusutan
peralatan Rp 81.781
Jumlah
BOP tetap Rp 6.511.364
BOP
sesungguhnya Rp34.837.282
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel
4.9
Daftar
Harga BOP Sesungguhnya Untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Bulan
Januari 2012
BOP
Variabel
Biaya bahan
penolong Rp 3.622.500
Pph Rp 539.947
Telepon Rp 115.000
Listrik dan
air Rp 287.500
Pembelian Rp 1.612.875
Ongkos kirim
barang Rp 862.500
Gaji untuk
pemilik perusahaan Rp 1.437.500
Upah Lembur
untuk pemilik perusahaan Rp 316.250
Perlengkapan Rp 402.500
Peralatan Rp 2.634.581
Mesin Rp 4.283.750
Biaya lain-lain Rp 172.500
Jumlah
BOP variabel Rp16.287.403
BOP
Tetap
Listrik dan
air Rp 201.250
Telepon Rp 74.750
Pemeliharaan
dan perbaikan Rp 575.000
Penyusutan
gedung Rp 1.437.500
Penyusutan
mesin Rp 1.121.010
Penyusutan
kendaraan Rp 287.500
Penyusutan
peralatan Rp
47.024
Jumlah
BOP tetap Rp 3.744.034
BOP
sesungguhnya Rp20.031.437
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
Tabel
4.10
Daftar
Harga BOP sesungguhnya untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
Bulan
Januari 2012
BOP
Variabel
Biaya bahan
penolong Rp 2.677.500
Pph Rp 399.091
Telepon Rp 85.000
Listrik dan
air Rp 212.500
Pembelian Rp 1.192.125
Ongkos kirim
barang Rp 637.500
Gaji dan upah Rp 1.062.500
Lembur dan
insentif Rp 233.750
Perlengkapan Rp 297.500
Peralatan Rp 1.947.299
Mesin Rp 3.166.250
Biaya lain-lain Rp 127.500
Jumlah
BOP variabel Rp
12.038.515
BOP
Tetap
Listrik dan
air Rp 84.700
Telepon Rp 36.850
Pemeliharaan
dan perbaikan Rp 282.150
Penyusutan
gedung Rp 1.062.500
Penyusutan
mesin Rp 828.573
Penyusutan
kendaraan Rp 212.500
Penyusutan
peralatan Rp 34.757
Jumlah
BOP tetap Rp 2.542.030
BOP
sesungguhnya Rp 14.580.545
|
Sumber : PD. Mebel Jepara Putra
4.2 Perhitungan
Bahan Baku dengan Metode Dua Selisih
4.2.1 Perhitungan Bahan Baku Metode Dua Selisih untuk Kursi Tamu Tipe
Monako
1. Selisih Kuantitas Bahan Baku
(1)
Kayu
Jati
KS = (KSt – Ks) x HSt
= (1– 1 ) x
Rp4.000.000
= Rp0
(2)
Kain
atau Lawon Jok
KS = (KSt – KS) X HSt
=
(1 - 1) x Rp40.000
=
Rp0
(3)
Karet
dan Busa Jok
KS = (KSt – KS) x HSt
=
(1 – 1) x Rp100.000
=
Rp0
(4)
Kaca
Ukuran Lima Milimeter
KS = (KSt – KS) x HSt
=
(1.5 – 1.1) x Rp 450.000
=
Rp 180.000 (Selisih Menguntungkan)
Keterangan
:
Kst : Kuantitas standar Ks : Kuantitas Sesungguhnya
HSt : Harga Standar Hs :
Harga Sesungguhnya
2. Selisih
Harga Bahan Baku
(1) Kayu Jati
SH = (HSt – Hs) x Ks
= (Rp6.000.000 –
Rp5.500.000) x 1
= Rp500.000 (Selisih
menguntungkan)
(2)
Kain atau Lawon Jok
SH = (HSt – Hs) x Ks
= (Rp40.000 –
Rp50.000) x 1
= Rp10.000 (Selisih
tidak menguntungkan)
(3) Karet
dan Busa Jok
SH
= (HSt – Hs) x Ks
= (Rp100.000 – Rp
150.000) x 1
= Rp50.000 (Selisih
tidak mengutungkan)
(4)
Kaca Ukuran Lima Milimeter
HS =
(HSt – Hs) x Ks
=(Rp450.000–Rp350.000)
x 1.1
= Rp110.000 (Selisih
Menguntungkan)
4.2.2 Perhitungan Bahan Baku dengan Metode Dua
Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
1. Selisih Kuantitas Bahan Baku
(1) Kayu Jati
KS = (KSt – Ks)
x HSt
= (1 – 1) x Rp 1.800.000
= Rp0
2. Selisih Harga Bahan Baku
(1) Kayu Jati
SH = (HSt – Hs)
x Ks
= (Rp1.800.000 – Rp2.500.000) x 1
= Rp700.000 (Selisih tidak menguntungkan)
Keterangan
:
Kst : Kuantitas standar Ks : Kuantitas Sesungguhnya
HSt : Harga Standar Hs :
Harga Sesungguhnya
4.2.3 Analisa Selisih Harga Bahan Baku
4.2.3.1 Kursi Tamu Tipe Monako
1. Kayu Jati
Untuk jenis kayu jati
yang dipakai pada tipe Monako adalah kayu jati kelas A4. Harga kayu jati kelas
A4 berkisar antara Rp 5.2 juta sampai dengan Rp 10 juta. Perusahaan menetapkan
harga standar sebesar Rp 6.000.000 berdasarkan pengalaman. Harga sesungguhnya
ternyata sebesar Rp 5.500.000, lebih rendah dari harga standar. Hal ini terjadi
karena tingkatan kualitas dari kayu tersebut berbeda. Disini si pemilik
perusahaan memilih kualitas kayu jati yang standar. Apabila si pemilik
perusahaan memilih kualitas yang sangat bagus maka anggaran yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan pun akan menjadi lebih besar dari anggaran
standarnya sehingga perusahaan akan mengalami kerugian.
2. Kain/Lawon Jok
Untuk kain/lawon jok
selisih kerugian terjadi pada harga yaitu Rp10.000, hal ini dikarenakan
kain/lawon jok yang digunakan adalah kain Ateja, yang memiliki kualitas yang
sangat baik. Harga untuk kain Ateja ini berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan
Rp 55.000 per satu meter. Perusahaan menetapkan harga standar pada kain/lawon
jok sebesar Rp 40.000, tetapi pada kenyataannya di awal tahun 2012 kain Ateja
ini mengalami kenaikan harga per meternya. Hal ini disebabkan karena kualitas
dari kain Ateja itu sendiri sudah terjamin mutunya, dan produsen mengakui bahwa
betapa sulitnya produsen dalam memperoleh bahan baku untuk pembuatan kain Ateja
itu sendiri, sehingga produsen dari kain Ateja ini menaikkan harga pada kain
Ateja itu sendiri per meternya.
3. Karet dan Busa Jok
Untuk karet dan busa
jok terjadi selisih kerugian pada harga yaitu sebesar Rp50.000, hal ini
dikarenakan harga karet dipasaran tersebut mengalami peningkatan harga, yang
disebabkan ketersediaan karet dari pemasok mengalami kelangkaan. Kelangkaan
tersebut disebabkan ketersediaan pohon karet sudah jarang ditemukan karena
banyaknya penebangan pohon karet yang tidak diimbangi dengan pelestariannya.
4. Kaca Ukuran 5 Milimeter
Untuk kaca yang
berukuran 5 Milimeter yang akan digunakan untuk meja kursi tamu tipe Monako
mengalami selisih keuntungan pada harga sebesar Rp 110.000, hal ini disebabkan
karena adanya kerja sama yang telah terjalin cukup lama antara pemilik
perusahaan dengan produsen kaca.
4.2.3.2
Kursi Tamu Tipe Minimalis
1. Kayu Jati
Untuk kayu jati yang
digunakan pada kursi tamu tipe minimalis adalah kayu jati kelas A1. Harga kayu
jati kelas A1 ini berkisar antara Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.000.000,
namun disini perusahaan mebel mengalami kerugian pada selisih harga sebesar Rp
700.000. Hal ini disebab karena faktor alam yang mengakibatkan suplai dari kayu
jati tersebut menjadi terhambat, dan mengakibatkan harga kayu jati tersebut
tidak sesuai dengan harga standar dipasarannya.
4.2.4 Analisa Selisih Kuantitas Bahan Baku
1.
Kayu Jati, Kain/Lawon Jok, Karet dan
Busa Jok
Untuk
selisih kuantitas pada kedua kayu jati tersebut dari kedua tipe kursi tamu yang
berbeda disini tidak terjadi selisih atau penyimpangan karena kuantitas kayu
jati yang sesungguhnya sama dengan kuantitas standar kayu jati tersebut. Hal
ini terjadi karena banyaknya penjualan dari kedua jenis kayu jati tersebut.
Sedangkan
untuk kain/lawon jok, karet dan busa jok pada kursi tamu tipe Monako tidak
terjadi selisih atau penyimpangan, hal ini dikarenakan kuantitas sesungguhnya
dari kedua jenis bahan baku tersebut sama dengan kuantitas standar dari jenis
bahan baku tersebut.
2. Kaca Berukuran 5 Milimeter
Untuk
kuantitas bahan baku kaca yang berukuran 5 Milimeter ini mengalami keuntungan
sebesar Rp 180.000, hal ini dikarenakan perusahaan menetapkan kuantitas standar
sebesar 1.5 M dan kuantitas sesungguhnya sebesar 1.1 M. Hal ini dikarenakan
dalam pembuatan kaca meja pada kursi tamu tipe Monako ternyata perusahaan mebel
hanya memerlukan kaca dengan ukuran 1.1 M yang telah disesuaikan berdasarkan
panjang dan lebar dari meja tersebut.
4.3 Perhitungan
Biaya Tenaga Kerja dengan Metode Dua Selisih
Tenaga kerja dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja
tidak langsung. Tenaga kerja langsung
yang digunakan untuk kursi sebanyak sebelas orang, dimana tujuh orang di bagian
pembuatan kursi tamu tipe monako dan empat orang di bagian pembuatan kursi tamu
minimalis.
4.3.1 Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih
untuk Kursi Tamu Tipe Monako
1.
Selisih
tarif upah
(TUSt – TUS) x JKS
( Rp 2.500 – Rp 1.500) x 1.617 = Rp 1.617.000 (Selisih
menguntungkan)
2.
Selisih
efisiensi upah
(JKSt – JKs) x TUSt
(1.176 – 1.617) x Rp 2500 = Rp 1.102.500 (Selisih tidak
menguntungkan)
4.3.2 Perhitungan BTKL dengan Metode Dua Selisih
untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
1. Selisih tarif upah
(TUSt
– TUS) x JKS
(Rp
2.500 – Rp 1.500) x 1.364 = Rp 1.364.000
(Selisih menguntungkan)
- Selisih efisiensi upah
(JKSt
– JKS) x TUSt
(992
– 1.364) x Rp 2.500 = Rp 930.000
(Selisih tidak menguntungkan)
Keterangan:
TUSt : Tarif
upah standar TUS :
Tarif upah sesungguhnya
JKSt : Jam
kerja standar JKS : Jam kerja sesungguhnya
4.3.3 Analisa Selisih BTKL
Untuk kedua jenis kursi
tamu tipe Monako dan Minimalis, perusahaan mebel memperoleh selisih efisiensi
upah yang tidak menguntungkan, hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja
dan para pekerja tidak memenuhi prosedur kerja yang berlaku, adanya borongan
order dari konsumen, sehingga menyebabkan adanya penambahan jam kerja (lembur).
Untuk tarif upahnya
sendiri berbeda karena tarif upah sesunggguhnya berbeda dengan tarif standar
yang sudah ditetapkan oleh pemilik perusahaan mebel. Hal ini dikarenakan tarif
upah sesungguhnya merupakan tarif upah borongan yang belum ditambahkan dengan
bonus dari perusahaan mebel tersebut.
4.4 Perhitungan
Biaya Overhead Pabrik dengan Metode Tiga Selisih
Perhitungan selisih BOP
ini menerapkan metode tiga selisih yang akan dibahas satu persatu.
4.4.1 Perhitungan Selisih BOP dengan Metode Tiga
Selisih untuk Kursi Tamu Tipe Monako
Dasar yang digunakan
untuk membebankan BOP kepada produk adalah jam tenaga kerja langsung.
Jkst
= 7 pekerja x 8 jam x 21 hari = 1.176 jam
Jks
= 7 pekerja x 11 jam x 21 hari = 1.617 jam
Jkn
= 7 pekerja x 9 jam x 21 hari = 1.323
jam
BOP
Standar :
BOP
Variabel = Rp 17.555.831 = Rp
14.928/jam
1.176
jam
BOP
Tetap = Rp 4.206.034 =
Rp 3.577 /jam +
1.176 jam Rp 18.505 /jam
(1)
Selisih
pengeluaran
BOP
sesungguhnya Rp
20.031.437
BOP Standar
:
BOP
T = Rp 3.577 x 1.323 = Rp 4.732.371
BOP
V = Rp 14.928 x 1.617 = Rp 24.138.576 +
(Rp
28.870.947)
Selisih Pengeluaran Rp 8.839.510
(selisih menguntungkan)
(2)
Selisih
kapasitas
Kapasitas normal 1.323 jam
Kapasitas
sesungguhnya 1.617 jam
Kapasitas lebih yang
terpakai 294 jam
Tarif BOP tetap Rp3.577 per jam
Selisih
Kapasitas
Rp1.051.638 (selisih menguntungkan)
(3)
Selisih
efisiensi
(Jkst – Jks) x Tarif
BOP standar = (1.176 jam–1.617 jam) x Rp 18.505
Selisih
Efisiensi = Rp 8.160.705 /Jam
(selisih tidak menguntungkan).
|
4.4.2 Perhitungan selisih BOP dengan Metode Tiga Selisih untuk Kursi
Tamu Tipe Minimalis
Jkst
= 4 pekerja x 8 jam x 31 hari = 992 jam
Jks
= 4 pekerja x 11 jam x 31 hari =
1.364 jam
Jkn
= 4 pekerja x 9 jam x 31 hari = 1.116 jam
BOP
Standar :
BOP
Variabel = Rp 12.976.049 = Rp
13.081/jam
992
jam
BOP Tetap
= Rp 3.108.730 =
Rp 3.134/jam +
992 jam Rp 16.215
/jam
(1)Selisih
pengeluaran
BOP
sesungguhnya Rp
14.580.545
BOP
yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya
BOP
T =Rp 3.134 x 1.116 = Rp 3.497.544
BOP
V = Rp 13.081 x 1.364 = Rp17.842.484+
(Rp21.340.028)
Selisih Pengeluaran Rp 6.759.483
(selisih menguntungkan)
(2)
Selisih kapasitas
Kapasitas normal 1.116 jam
Kapasitas sesungguhnya 1.364 jam
Kapasitas lebih yang
terpakai 248 jam
Tarif BOP tetap Rp 3.134 per jam
Selisih
Kapasitas Rp
777.232 (selisih menguntungkan)
(3)
Selisih efisiensi
(Jkst
– Jks) x Tarif BOP Standar = (992 jam – 1.364 jam) x Rp 16.215
Selisih Efisiensi = Rp
6.031.980 /Jam
(Selisih
tidak menguntungkan)
4.4.3
Analisa Selisih BOP Untuk Kedua Tipe Kursi Tamu
1.
Selisih
Pengeluaran
Untuk
perhitungan BOP pada kedua tipe kursi tamu diperoleh selisih pengeluaran yang
menguntungkan, hal ini terjadi karena BOP sesungguhnya ternyata lebih kecil
dari BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya. Hal ini disebabkan
karena penurunan pada komponen BOP yaitu biaya bahan penolong, pph, telepon,
listrik dan air, pembelian, ongkos, gaji dan upah lembur dan insentif dan biaya
lain-lain. Penurunan pada komponen-komponen BOP tersebut disebabkan karena
harga-harga pada komponen tersebut yang tidak stabil dan tergantung pada biaya
pemakaian per bulannya.
2.
Selisih
Kapasitas
Untuk
perhitungan selisih kapasitas BOP pada kedua tipe kursi tamu diperoleh Selisih
kapasitas yang menguntungkan, selisih ini terjadi karena kapasitas jam kerja
sesungguhnya lebih besar dari kapasitas jam kerja normal. Selisih dari
kapasitas tersebut disebabkan karena adanya penambahan jam kerja (lembur),
sehingga menyebabkan kelebihan pada kapasitas jam kerja itu sendiri.
3.
Selisih
Efisiensi
Selisih
efisiensi yang tidak menguntungkan terjadi karena ternyata hari kerja
sesungguhnya lebih besar dari hari kerja standar perusahaan. Hal ini
dikarenakan adanya kerusakan pada beberapa mesin, serta kurang jumlah pekerja
dan banyaknya para pekerja yang tidak
berusaha untuk memaksimalkan prosedur jam kerja yang berlaku sehingga
terjadinya inefiensi.
4.5
Jurnal
Terhadap Selisih
4.5.1 Jurnal Terhadap Selisih Untuk Kursi Tamu Tipe Monako
1.
Selisih BBB
·
Kayu jati
Barang dalam proses – BBB Rp 500.000
Selisih harga bahan baku Rp 500.000
·
Kain / Lawon jok
Selisih harga bahan baku Rp 10.000
Barang dalam proses -BBB Rp 10.000
·
Karet dan busa jok
Selisih harga bahan baku Rp 50.000
Barang dalam proses -BBB Rp 50.000
·
Kaca ukuran 5 Milimeter
Barang dalam proses – BBB Rp 290.000
Selisih
harga bahan baku Rp 110.000
Selisih
kuantitas bahan baku Rp
180.000
2.
Selisih BTKL
Selisih efisiensi upah Rp 1.102.500
Barang dalam proses - BTKL Rp 514.500
Selisih tarif upah Rp
1.617.000
3.
Selisih BOP
Selisih efisiensi Rp
8.160.705
Barang dalam Proses – BOP Rp
8.160.705
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 9.891.148
Selisih pengeluaran Rp
8.839.510
Selisih kapasitas Rp
1.051.638
4.5.2 Jurnal Terhadap Selisih Untuk Kursi Tamu Tipe Minimalis
1.
Selisih BBB
·
Kayu jati
Selisih harga bahan baku Rp 700.000
Barang dalam proses – BBB Rp 700.000
2.
Selisih BTKL
Selisih efisiensi upah Rp 930.000
Barang dalam proses - BTKL Rp
434.000
Selisih tarif upah Rp
1.364.000
3.
Selisih BOP
Selisih efisiensi Rp
6.031.980
Barang dalam
Proses – BOP Rp
6.031.980
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp
7.536.670
Selisih
pengeluaran Rp
6.759.483
Selisih
kapasitas Rp 777.232
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah
penulis melakukan penelitian dari
beberapa selisih-selisih biaya yang terjadi di PD. Mebel Jepara Putra ini
memberikan keuntungan bagi PD. Mebel Jepara Putra. Hal ini ditandai dengan
banyaknya selisih menguntungkan dibandingkan dengan selisih tidak
menguntungkan. Dari selisih-selisih keuntungan yang terjadi menimbulkan dampak
yang baik terhadap kegiatan produksi serta volume penjualan pada PD. Mebel
Jepara Putra.
5.2
Saran
Penulis mangajukan
saran yang memungkinkan dapat berguna bagi perusahaan yaitu :
1.
Selisih
menguntungkan sebaiknya terus dipertahankan dengan cara terus memperhatikan
anggaran yang ditetapkan dan jangan sampai terjadi bahwa selisih ini lama
kelamaan akan menjadi tidak menguntungkan.
2. Sebaiknya
perusahaan lebih melatih kembali para karyawannya agar produk yang dihasilkan
lebih berkualitas yang akan menambah volume penjualan. Dan sebaiknya perusahaan
melakukan kembali pengrekrutan tenaga kerja yang baru untuk menghindari
inefisiensi dalam perusahaan dan memperketat pengawasan terhadap para pekerja
sehingga waktu kerja tidak terbuang percuma sehingga tidak menambah biaya.
3. Seharusnya
pemilik perusahaan lebih mengawasi Biaya Overhead Pabrik dengan cara mengontrol
kapasitas yang ada sehingga tidak terdapat kapasitas yang menganggur.