Rabu, 11 April 2012

CITA, CITRA DAN CINTA MAHASISWA MUSLIM


Sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama Islam muncul dimuka bumi, para nabi dan rasul telah diutus untuk menyampaikan wahyu Allah SWT dan syariat-nya kepada manusia. Para rasul itu adalah orang-orang terpilih dari kalangan pemuda. Diantara mereka ada yang diberi kemampuan luar biasa dalam berargumen dan berdebat, sebelum usianya genap delapan belas tahun.
Nabi Ibrahim a.s., misalnya seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an, adalah pemuda yang beredebat dengan kaumnya, menentang peribadatan kepada patung-patung yang tidak dapat berbicara, memberikan manfaat dan mudarat (Q.S. Al-Anbiya :60-67). Kita juga ingat kisah tentang Ashabul Khafi – yang tergolong pengikut Nabi Isa a.s. mereka adalah anak-anak muda yang menolak kembali ke agama nenek moyang mereka, menolak menyembah selain Allah SWT.
Mereka sepakat untuk bermufakat untuk mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dari suatu gua, karena jumlah mereka yang relative sedikit, yakni tujuh orang diantara masyarakat yang menyembah berhala. Fakta sejarah ini terekam jelas dalam Al-Qur’an surat Al Khafi ayat 9-26, yang diantaranya :
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung dalam gua lalu mereka berdoa : ”’wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)’.” (Q.S. Al Khafi : 10)
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta), dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (Q.S. Al-Khafi : 13)
Potensi Besar Pemuda-Mahasiswa dalam Kehidupan Masyarakat
Demikianlah keadaan dan peran golongan pemuda. Kiprah mereka telah terukir indah dalam tinta emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi besar suatu kehidupan terlebih kelompok pemuda seperti mahasiswa. Karena selain diharapkan oleh umat, peranan mereka pun sangat didambakan oleh kelompok masyarakat lainnya sebagai pionir perubahan kearah yang lebih baik. Posisi mereka sebagai “mahasiswa” memang menjadi peluang bagi mereka yang mengembangkan potensi sebesar-besarnya.
Tidak heran jika perubahan social-politik di berbagai balahan dunia dipelopori oleh gerakan pemuda-mahasiswa. Sebagian besar sahabat yang menyertai Rasulullah Saw dalam memperjuangkan islam yang akhirnya berhasil menguasai lebih dari dua pertiga balahan bumi adalah bpara pemuda yang menjadi murid/mahasiswa Rasulullah Saw.
Secara fitrah, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar ketika pemuda-mahasiswa memiliki potensi besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda-mahasiswa. Pemikiran kritis mereka sangat didambakan oleh setiap umat.
 Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan jika masyarakat terkukung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak dipunggung mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kodisi pemuda mahasiswa sekarang ini.
Namun, potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang tajam ; ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat tidaknya pedang tersebut. Orang yang mengenggam pedang itulah yang menentukannya. Pedang yang tajam terkadang digunakan untuk menumpas kabikan dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipengang oleh orang yang tidak betanggungjawab.  Sebaliknya, jika berada ditangan yang bertanggung jawab, ketajaman pedang itu akan memberikan kemanfaatan.
Demikian juga dengan potensi mahasiwa. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk menjujung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan kedurjanaan. Itulah sebabnya, bagitu banyak contoh pemuda mahasiswa yang berjasa menjdai pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit diantara mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban dan menghacurkan kemuliaan suatu tatanan kehidupan.

Kasimpulan :
“Jadi potensi yang dimiliki oleh pemuda mahasiswa dalam kehidupan ini haruslah diarahkan untuk menyokong dan mempropagandakan nilai-nilai kebaikan. Seorang mahasiswa muslim tetntunya akan berada digaris depan guna membela, memperjuangkan dan mendakwahkan nilai-nilai Islam. Seorang mahasiswa muslim tidak layak hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan ditengah kemunduran umat yang sangat memprihatinkan ini. Dan seorang mahasiswa muslim jangan sampai menjadi penghalang kemajuan islam dan perjuangan kaum muslimin.”
Referensi : Moekti Hari. 1998. Generasi Muda Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar