Islam merupakan sistem kehidupan ilahi yang dibawa
oleh Rasulullah Saw untuk semua manusia dimuka bumi ini. Peradaban yang
dimiliki umat Islam adalah semulia-mulianya aturan kehidupan yang pernah
terlahir di dunia. Bersama Islam, masyarakat tentram dan damai. Seluruh alam
semesta pun merasakan rahmatnya. Kemenangan yang diberikan Allah SWT kepada
kaum muslimin dengan berdirinya Negara Islam Medinah, merupakan benih unggul
dan batu pertama peradaban islam yang agung tersebut.
Dalam waktu singkat, umat Islam menjadi kuat dan
besar serta benar-benar mampu mewujudkan suatu pola kehidupan yang damai, aman
dan sejahtera. Peradaban Islam bukanlah peradaban yang statis. Dalam tempo
sepuluh tahun, Negara Islam Medinah telah meliputi seluruh wilayah jazirah Arab
yang luasnya lebih besar dari empat kali luas gabungan jerman dan perancis
sekarang. Dengan kegemilangan Islam itu, Allah menghinakan kekufuran dan
kemusyrikan. Allah telah menaklukan bagi mereka Negara-negara kafir dan zalim.
Akhirnya, mereka menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai belahan bumi, pembawa
hidayah bagi manusia, pemuka dan penguasa-penguasa dunia.
Lebih dari sepuluh abad, umat Islam menjadi poros
kehidupan umat manusia dalam bidang ekonomi, social, budaya, pendidikan dan
berbagai segi kehidupan lainnya. Peradaban Islam kala itu benar-benar
mewujudkan Negara super power penegak kedamaian dan keadilan yang hakiki. Dunia
Islam membentang dari pantai Barat Afrika sampai daratan Cina. Dari pegunungan
Pirenia di Perancis sampai lautan Hindia, hidup dibawah satu kesatuan bahasa,
pemikiran dan system kehidupan. Globalisasi yang hakiki dapat diraih kaum muslimin
dengan gemilang.
Belum pernah terjadi peradaban seperti yang pernah
dicapai kaum muslimin, yang mampu menyatukan manusia dalam satu akidah,
perasaan, pemikiran, peraturan dan kepemimipinan. Dengan pertolongan Allah,
mereka meraih kemenangan dan menjadi besar tanpa penjajahan. Sebagaimana firman
Allah, berbagai bangsa berbondong-bondong memasuki agama Allah yang mullia itu
dengan suka rela :
“Apabila telah
datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama
Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan
mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.” (Q.S.
An-Nashr: 1-3)
Pada abad pertengahan abad 12 Hijriah (ke-18 Masehi)
dengan sangat cepat dunia islam mengalami kemerosotan dan kemunduran yang
paling buruk dari masa kejayaannya. Kekhilafan Ustmani pada waktu itu lebih
memperhatikan kekuasaan, penataan pasukan. Mereka hanya sibuk melakukan
penaklukan-penaklukan. Aspek pemahaman dan pemikiran umat tentang Islam kurang
diperhatikan. Akibatnya, kekhilafan Ustaman secara fisik memang Nampak kuat,
namun secara esensi lemah ; sangat lemah. Kelemahan-kelemahan itu kurang
diperhatikan oleh Negara. Negara masih terpesona dengan kebesaran, kegermelapan
dan kekuatan militernya.
Sebab-sebab kemunduran dunia Islam tersebut dapat
dikembalikan kepada satu hal, yaitu lemahnya pehaman umat terhadap Islam yang
teramat parah, yang merasuki pikiran kaum muslimin secara tiba-tiba. Saking
parahnya, meskipun dilakukan berbagai perbaikan secara fisik, kemerosotan dan
kemunduran tersebut tak kunjung padam. Walau armada tempur, sekolah-sekolah
militer dan maritime diperbanyak, kemuduran tidak menunjukkan tanda-tanda untuk
berhenti.
Kemerosotan pemikiran ini berawal tatkala bahas Arab
mulai diremehkan dalam memahami Islam sejak awal abad 7 Hijriah. Akibatnya,
kekuatan yang dimiliki bahasa Arab dan charisma Islam menjadi terpisah. Selama
kekuatan bahasa Arab tidak disatukan dengan charisma Islam, yakni dengan cara
menjadikan bahasa Arab-yang merupakan bahasa Islam sebagai unsure yang sangat
penting yang tidak terpisahkan dari Islam, kemunduran itu tetap akan melanda
kaum muslimin. Sebab bahasa Arab memiliki kekuatan besar yang turut
mengembangkan charisma dan tsqafah Islam.
Islam dan bahasa Arab merupakan satu kesatuan. Islam tidak mungkin dipahami
untuk dilaksanakan secara sempurna kecuali dengan pemahaman bahasa Arab.
Melemahkan bahasa Arab akan menghilangkan ijtihad dalam masalah syariat, karena
ijtihad tidak mungkin terlaksana kecuali dengan bahasa arab. Sedangkan ijtihad
merupakan cermin dinamika kemjuan kaum muslimin. Tanpa ijtihad dalam memecahkan
segala probelamtikan kehidupan, pemikiran umat beku, jumud, dan mandul.
Setelah terjajah secara pemikiran, kaum muslimin
seakan kehilangan “obat” untuk menyembuhkan segala pendaritaan yang menimpanya.
Kemudian pemikiran ini mengakibatkan pemikiran kaum muslimin tidak memiliki
senjata untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupannya. Tragedi demi tragedi
fisik secara logisakan menimpa suatu umat yang kehilangan pemikiran yang
cemerlang. Dengan leluasa, barat menghancurkan peradaban Islam dan
mengoyak-ngoyak kaum muslimin secara fisik.
Akhirnya prahara besar pun yang sangat menyakitkan
itu terjadi. Paying kehidupan kaum muslimin, kekhalifahan Ustmani mengalami
kehancuran pada tanggal 3 maret 1924 di tangan seorang yahudi hasil zina
bernama Musthafa Kamal Ataturk. Dunia Islam pun kehilangan kendali dan akhirnya
kekuatan kaum muslimin mengalami kelumpuhan.
Setelah bencana besar itu terjadi, dengan mudah,
Barat menyerbu kaum muslimin dan memecah Negara Islam yang satu itu menjadi
lebih 50 negara-negara kecil yang tidak memiliki kekuatan yang berarti. Barat
dengan leluasa memaksa kaum muslimin agar hidup dengan cara mereka, tunduk
kepada mereka, dengan menerapkan undang-undang dan system kehidupan mereka.
Kini kaum muslimin dijerat oleh pola kehidupan Barat
tersebut. Kendati pada awalnya
dipaksakan, karena adanya pemunduran pola pemikiran Islam yang tajam,
kebanyakan kaum muslimin sekarang sudah mulai tidak merasakan keterpaksaan
tersebut. Mereka benar-benar “mabok” dan terlena. Tidak sampai disitu
sebenarnya mereka pun sudah “mati”; meskipun matanya dicongkel dengan pedang
sekalipun, mereka tidak akan bangun. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang
secara langsung maupun tidak langsung membenci kaum muslimin yang berpegang
kepada Islam.
Derita kaum muslimin di Palestina, belum membuat
mereka terusik dari tidurnya yang sangat lelap dan panjang. Mereka lebih sedih
menyaksikan olahragawan negeri mereka yang kalah tanding, dibandingkan dengan
menyaksikan pembantaian tragis dan sadis terhadap kaum muslimin di
Bosnia-Herzegovina.
Kondisi yang seperti sekarang ini akan menimbulkan
suatau pertanyaan dasar. Akankah peradaban Islam muncul kembali dalam kemuliaan
sehingga umat Islam menjadi umat yang terbaik diantara umat yang lain? Akankah
derita kaum muslimin yang berkepanjangan ini segera berakhir dengan tegaknya
kembali aturan-aturan Allah? Jawabannya tergantung dengan umat Islam itu
sendiri.
Alhamdulillah, kegoncangan demi kegoncangan yang
snagat dasyat tersebut ternyata mulai membuka mata hati dan kesadaran kaum
muslimin. Mereka mulai menyadari bahwa mereka adalah umat yang mulia, kalau
mereka berpegang teguh kepada Islam. Genderang kebangkitan Islam mulai tumbuh
dimana-mana abad 15 Hijriah yang dijadikan sebagai titik tolak “kebangkitan
Islam”.
Kesimpulan : dari kejadian diatas kita dapat menarik
kesimpulan bahwasannya kita sebagai pemuda penerus generasi Islam kita haruslah
memiliki jati diri yang kuat akan agama Islam. Apabila kita tidak mempunyai
jati diri yang berpegang teguh dengan agama Islam maka diri kita akan mudah
tergoyahkan dengan hal-hal yang berbau maksiat, perzinahan dll yang nantinya
akan mengahancurkan ke Islaman itu sendiri. Oleh karena itu kunci dari semua
permasalahan ini ada di dalam diri kita dan keyakinan kita terhadap Allah swt.
Semoga dari penulisan ini kita sebagai para pembaca dapat memperoleh pelajaran
yang bermanfaat bagi diri kita kedepannya nanti. Aamin ya robbal alamin.
Wassalam
Referensi : Moekti Hari. 1998. Generasi Muda Islam.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar