Rabu, 11 April 2012

PERADABAN ISLAM DULU, KINI DAN ESOK HARI


Islam merupakan sistem kehidupan ilahi yang dibawa oleh Rasulullah Saw untuk semua manusia dimuka bumi ini. Peradaban yang dimiliki umat Islam adalah semulia-mulianya aturan kehidupan yang pernah terlahir di dunia. Bersama Islam, masyarakat tentram dan damai. Seluruh alam semesta pun merasakan rahmatnya. Kemenangan yang diberikan Allah SWT kepada kaum muslimin dengan berdirinya Negara Islam Medinah, merupakan benih unggul dan batu pertama peradaban islam yang agung tersebut.
Dalam waktu singkat, umat Islam menjadi kuat dan besar serta benar-benar mampu mewujudkan suatu pola kehidupan yang damai, aman dan sejahtera. Peradaban Islam bukanlah peradaban yang statis. Dalam tempo sepuluh tahun, Negara Islam Medinah telah meliputi seluruh wilayah jazirah Arab yang luasnya lebih besar dari empat kali luas gabungan jerman dan perancis sekarang. Dengan kegemilangan Islam itu, Allah menghinakan kekufuran dan kemusyrikan. Allah telah menaklukan bagi mereka Negara-negara kafir dan zalim. Akhirnya, mereka menjadi pemimpin-pemimpin di berbagai belahan bumi, pembawa hidayah bagi manusia, pemuka dan penguasa-penguasa dunia.
Lebih dari sepuluh abad, umat Islam menjadi poros kehidupan umat manusia dalam bidang ekonomi, social, budaya, pendidikan dan berbagai segi kehidupan lainnya. Peradaban Islam kala itu benar-benar mewujudkan Negara super power penegak kedamaian dan keadilan yang hakiki. Dunia Islam membentang dari pantai Barat Afrika sampai daratan Cina. Dari pegunungan Pirenia di Perancis sampai lautan Hindia, hidup dibawah satu kesatuan bahasa, pemikiran dan system kehidupan. Globalisasi yang hakiki dapat diraih kaum muslimin dengan gemilang.
Belum pernah terjadi peradaban seperti yang pernah dicapai kaum muslimin, yang mampu menyatukan manusia dalam satu akidah, perasaan, pemikiran, peraturan dan kepemimipinan. Dengan pertolongan Allah, mereka meraih kemenangan dan menjadi besar tanpa penjajahan. Sebagaimana firman Allah, berbagai bangsa berbondong-bondong memasuki agama Allah yang mullia itu dengan suka rela :
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Taubat.” (Q.S. An-Nashr: 1-3)
Pada abad pertengahan abad 12 Hijriah (ke-18 Masehi) dengan sangat cepat dunia islam mengalami kemerosotan dan kemunduran yang paling buruk dari masa kejayaannya. Kekhilafan Ustmani pada waktu itu lebih memperhatikan kekuasaan, penataan pasukan. Mereka hanya sibuk melakukan penaklukan-penaklukan. Aspek pemahaman dan pemikiran umat tentang Islam kurang diperhatikan. Akibatnya, kekhilafan Ustaman secara fisik memang Nampak kuat, namun secara esensi lemah ; sangat lemah. Kelemahan-kelemahan itu kurang diperhatikan oleh Negara. Negara masih terpesona dengan kebesaran, kegermelapan dan kekuatan militernya.
Sebab-sebab kemunduran dunia Islam tersebut dapat dikembalikan kepada satu hal, yaitu lemahnya pehaman umat terhadap Islam yang teramat parah, yang merasuki pikiran kaum muslimin secara tiba-tiba. Saking parahnya, meskipun dilakukan berbagai perbaikan secara fisik, kemerosotan dan kemunduran tersebut tak kunjung padam. Walau armada tempur, sekolah-sekolah militer dan maritime diperbanyak, kemuduran tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti.
Kemerosotan pemikiran ini berawal tatkala bahas Arab mulai diremehkan dalam memahami Islam sejak awal abad 7 Hijriah. Akibatnya, kekuatan yang dimiliki bahasa Arab dan charisma Islam menjadi terpisah. Selama kekuatan bahasa Arab tidak disatukan dengan charisma Islam, yakni dengan cara menjadikan bahasa Arab-yang merupakan bahasa Islam sebagai unsure yang sangat penting yang tidak terpisahkan dari Islam, kemunduran itu tetap akan melanda kaum muslimin. Sebab bahasa Arab memiliki kekuatan besar yang turut mengembangkan charisma dan tsqafah Islam. Islam dan bahasa Arab merupakan satu kesatuan. Islam tidak mungkin dipahami untuk dilaksanakan secara sempurna kecuali dengan pemahaman bahasa Arab. Melemahkan bahasa Arab akan menghilangkan ijtihad dalam masalah syariat, karena ijtihad tidak mungkin terlaksana kecuali dengan bahasa arab. Sedangkan ijtihad merupakan cermin dinamika kemjuan kaum muslimin. Tanpa ijtihad dalam memecahkan segala probelamtikan kehidupan, pemikiran umat beku, jumud, dan mandul.
Setelah terjajah secara pemikiran, kaum muslimin seakan kehilangan “obat” untuk menyembuhkan segala pendaritaan yang menimpanya. Kemudian pemikiran ini mengakibatkan pemikiran kaum muslimin tidak memiliki senjata untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupannya. Tragedi demi tragedi fisik secara logisakan menimpa suatu umat yang kehilangan pemikiran yang cemerlang. Dengan leluasa, barat menghancurkan peradaban Islam dan mengoyak-ngoyak kaum muslimin secara fisik.
Akhirnya prahara besar pun yang sangat menyakitkan itu terjadi. Paying kehidupan kaum muslimin, kekhalifahan Ustmani mengalami kehancuran pada tanggal 3 maret 1924 di tangan seorang yahudi hasil zina bernama Musthafa Kamal Ataturk. Dunia Islam pun kehilangan kendali dan akhirnya kekuatan kaum muslimin mengalami kelumpuhan.
Setelah bencana besar itu terjadi, dengan mudah, Barat menyerbu kaum muslimin dan memecah Negara Islam yang satu itu menjadi lebih 50 negara-negara kecil yang tidak memiliki kekuatan yang berarti. Barat dengan leluasa memaksa kaum muslimin agar hidup dengan cara mereka, tunduk kepada mereka, dengan menerapkan undang-undang dan system kehidupan mereka.
Kini kaum muslimin dijerat oleh pola kehidupan Barat tersebut. Kendati pada awalnya  dipaksakan, karena adanya pemunduran pola pemikiran Islam yang tajam, kebanyakan kaum muslimin sekarang sudah mulai tidak merasakan keterpaksaan tersebut. Mereka benar-benar “mabok” dan terlena. Tidak sampai disitu sebenarnya mereka pun sudah “mati”; meskipun matanya dicongkel dengan pedang sekalipun, mereka tidak akan bangun. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang secara langsung maupun tidak langsung membenci kaum muslimin yang berpegang kepada Islam.
Derita kaum muslimin di Palestina, belum membuat mereka terusik dari tidurnya yang sangat lelap dan panjang. Mereka lebih sedih menyaksikan olahragawan negeri mereka yang kalah tanding, dibandingkan dengan menyaksikan pembantaian tragis dan sadis terhadap kaum muslimin di Bosnia-Herzegovina.
Kondisi yang seperti sekarang ini akan menimbulkan suatau pertanyaan dasar. Akankah peradaban Islam muncul kembali dalam kemuliaan sehingga umat Islam menjadi umat yang terbaik diantara umat yang lain? Akankah derita kaum muslimin yang berkepanjangan ini segera berakhir dengan tegaknya kembali aturan-aturan Allah? Jawabannya tergantung dengan umat Islam itu sendiri.
Alhamdulillah, kegoncangan demi kegoncangan yang snagat dasyat tersebut ternyata mulai membuka mata hati dan kesadaran kaum muslimin. Mereka mulai menyadari bahwa mereka adalah umat yang mulia, kalau mereka berpegang teguh kepada Islam. Genderang kebangkitan Islam mulai tumbuh dimana-mana abad 15 Hijriah yang dijadikan sebagai titik tolak “kebangkitan Islam”.
Kesimpulan : dari kejadian diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwasannya kita sebagai pemuda penerus generasi Islam kita haruslah memiliki jati diri yang kuat akan agama Islam. Apabila kita tidak mempunyai jati diri yang berpegang teguh dengan agama Islam maka diri kita akan mudah tergoyahkan dengan hal-hal yang berbau maksiat, perzinahan dll yang nantinya akan mengahancurkan ke Islaman itu sendiri. Oleh karena itu kunci dari semua permasalahan ini ada di dalam diri kita dan keyakinan kita terhadap Allah swt. Semoga dari penulisan ini kita sebagai para pembaca dapat memperoleh pelajaran yang bermanfaat bagi diri kita kedepannya nanti. Aamin ya robbal alamin. Wassalam
Referensi : Moekti Hari. 1998. Generasi Muda Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar